Gaza, (Newsindomedia)Â — Saraya Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam, pada Senin malam (27/1/2025) merilis video yang menampilkan tawanan Israel, Arbel Yehud, yang sedang ditahan di Gaza. Video tersebut direkam dua hari sebelumnya dan memperlihatkan Yehud dalam kondisi sehat. Dalam rekaman itu, Yehud menyampaikan pesan kepada keluarganya, mengungkapkan kerinduan dan harapannya untuk segera kembali ke rumah.
“Saya baik-baik saja, sangat merindukan kalian, dan berharap bisa segera pulang seperti para gadis yang telah dibebaskan sebelumnya. Saya berada di bawah penahanan Saraya Al-Quds dan diperlakukan dengan baik,” kata Yehud, yang merupakan mantan tentara Israel. Dia juga memberikan detail identitasnya, termasuk tanggal lahir, masa dinas militer, dan nomor identitasnya.
Yehud kemudian meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump untuk memastikan gencatan senjata tetap berjalan sesuai rencana. Tujuannya agar tawanan Israel dan tahanan Palestina dapat kembali ke keluarga mereka dengan selamat. Hingga pukul 19:25 GMT, baik pemerintah Israel maupun AS belum memberikan tanggapan resmi terkait video tersebut.
Status Yehud Jadi Sorotan
Penahanan Yehud menjadi isu sensitif dalam proses gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina. Israel menyatakan bahwa pembebasan Yehud adalah prasyarat untuk mengizinkan warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara kembali ke rumah mereka. Netanyahu sebelumnya menegaskan bahwa pemulangan pengungsi Palestina harus disertai dengan pembebasan Yehud.
Namun, status Yehud menjadi perdebatan. Kelompok perlawanan Palestina mengklaim bahwa dia adalah personel militer aktif, sementara sumber-sumber Israel bersikeras bahwa dia adalah warga sipil. Situs berita Israel, Walla, melaporkan bahwa Yehud pernah mengikuti program militer Israel, yang membuatnya diklasifikasikan sebagai mantan tentara.
Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pembebasan Tawanan
Menjelang penyelesaian krisis ini, Hamas melalui perantara mengonfirmasi bahwa Yehud, 29 tahun, masih hidup dan dalam kondisi sehat. Kelompok tersebut sempat mengindikasikan rencana untuk membebaskannya pada Sabtu (25/1/2025), namun pejabat Israel meragukan jaminan tersebut.
Pada Ahad (26/1/2025), Qatar mengumumkan kesepakatan baru antara Hamas dan Israel. Kesepakatan ini mencakup pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke Gaza mulai Senin (27/1/2025), sebagai imbalan atas pembebasan Yehud dan dua tawanan Israel lainnya sebelum Jumat (31/1/2025). Selain itu, Hamas juga setuju untuk membebaskan tiga tawanan tambahan pada Sabtu (1/2/2025).
Setelah pengumuman ini, militer Israel memastikan bahwa warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara dapat mulai kembali ke rumah mereka pada Senin pagi. Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan memulihkan kepercayaan antara kedua belah pihak.
Dampak Perang dan Tuduhan Kejahatan Internasional
Gencatan senjata di Gaza, yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025, menghentikan sementara perang yang telah menewaskan lebih dari 47.300 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 111.400 orang terluka, dan lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang. Perang ini juga memicu krisis kemanusiaan parah, dengan kehancuran infrastruktur yang masif dan penderitaan yang mendalam bagi penduduk Gaza.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November 2024, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di Gaza.
[…] Tawanan Israel Arbel Yehud Muncul dalam Video Saraya Al-Quds, Buktikan Masih Hidup […]