Tuesday, June 17, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaHamas Tawarkan Kesepakatan Damai Lima Tahun di Gaza, Sandera Akan Dibebaskan Sekaligus

Hamas Tawarkan Kesepakatan Damai Lima Tahun di Gaza, Sandera Akan Dibebaskan Sekaligus

Hamas Siap Bebaskan Semua Sandera, Tawarkan Gencatan Senjata 5 Tahun di Gaza

Gaza City — Di tengah riuh suara sirene dan kepulan debu di langit Gaza yang kelabu, harapan kecil bagi perdamaian mulai berembus. Pada Sabtu (26/4/2025), seorang pejabat senior Hamas menyatakan kesiapan kelompoknya untuk menerima kesepakatan baru: pembebasan seluruh sandera secara sekaligus dan gencatan senjata selama lima tahun.

Dalam pernyataan eksklusif kepada AFP, pejabat Hamas itu — yang meminta identitasnya dirahasiakan karena sensitifnya pembicaraan — mengatakan, “Hamas siap untuk pertukaran tawanan dalam satu tahap dan gencatan senjata selama lima tahun.”

Pernyataan ini datang di tengah upaya diplomatik intensif di Kairo, Mesir, di mana delegasi Hamas dijadwalkan bertemu dengan mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Di lorong-lorong sempit Gaza, kabar ini menyebar cepat, membawa secercah harapan di tengah kehancuran.


Latar Belakang Ketegangan: Apa yang Membawa Hamas ke Meja Perundingan?

Sejak perang meletus pada Oktober 2023, lebih dari 51.439 warga Palestina tewas, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan di wilayah Gaza yang dikuasai Hamas. Setelah gencatan senjata sementara antara Januari hingga Maret 2025, yang memungkinkan pertukaran 33 sandera dengan sekitar 1.800 tahanan Palestina, kekerasan kembali berkecamuk tanpa ampun.

Pada 17 April lalu, Hamas menolak proposal “parsial” dari pihak Israel, yang menawarkan gencatan senjata 45 hari dengan imbalan 10 sandera yang masih hidup. Hamas bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus mengarah pada penghentian perang secara permanen, penarikan total pasukan Israel dari Gaza, pertukaran seluruh tahanan, serta masuknya bantuan kemanusiaan yang layak dan berkelanjutan.

Di tengah reruntuhan, warga Gaza menahan napas, berharap perundingan baru ini benar-benar menjadi jalan keluar. “Kami sudah kehilangan segalanya. Rumah, keluarga, masa depan. Kami butuh perdamaian, bukan janji kosong lagi,” ungkap Mahmoud al-Sheikh, seorang ayah tiga anak yang kini tinggal di kamp pengungsian Khan Younis.


Apa yang Dituntut Masing-Masing Pihak?

Hamas kini menawarkan pertukaran tawanan sekali jalan — seluruh sandera Israel yang masih tersisa akan dikembalikan, dan sebagai gantinya, Hamas meminta:

  • Gencatan senjata penuh selama lima tahun.

  • Penarikan seluruh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

  • Pembukaan jalur bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.

Namun, dari sisi Israel, tuntutan tetap tegas. Pemerintah Israel menginginkan:

  • Kembalinya seluruh sandera.

  • Pelucutan senjata Hamas dan faksi-faksi bersenjata lainnya di Gaza.

Pelucutan senjata ini disebut sebagai “garis merah” yang tidak bisa ditawar-tawar oleh Israel, membuat jalan menuju kesepakatan akhir tetap penuh duri.


Suasana Kairo: Ketegangan di Meja Perundingan

Di ruang negosiasi di Kairo, atmosfer terasa tegang namun penuh harapan. Seorang diplomat yang terlibat dalam mediasi menggambarkan suasana: “Ada rasa lelah yang sangat kental di udara, tetapi juga keinginan untuk menemukan jalan keluar. Semua pihak tahu bahwa perang berkepanjangan ini hanya membawa kehancuran.”

Di luar ruang perundingan, para jurnalis dari berbagai negara tampak berkerumun, menunggu kabar terbaru. Sesekali, terdengar desas-desus optimisme, disusul ketegangan ketika berita negosiasi yang alot tersebar.


Mengapa Tawaran Ini Penting?

Jika kesepakatan tercapai, ini akan menjadi gencatan senjata terlama sejak konflik Gaza-Israel berkobar lebih dari satu setengah tahun terakhir. Sebuah penghentian permusuhan selama lima tahun memberi waktu berharga untuk upaya rekonstruksi Gaza yang hancur serta memperbaiki jalur diplomasi regional.

Lebih dari itu, di mata rakyat Gaza, kesepakatan ini berarti peluang untuk membangun kembali kehidupan dari puing-puing. “Lima tahun mungkin bukan selamanya, tapi itu cukup untuk membangun rumah baru dan menghidupkan kembali harapan anak-anak kami,” kata Rania Hamdan, seorang guru yang kehilangan sekolah tempatnya mengajar akibat serangan udara.


Delegasi Hamas telah tiba di Kairo pada Sabtu pagi. Negosiasi diperkirakan berlangsung intens hingga beberapa hari ke depan, dengan mediator Mesir dan Qatar bekerja keras untuk menjembatani perbedaan besar antara kedua belah pihak.

Jika perjanjian berhasil difinalisasi, sebuah seremoni pertukaran sandera dan tahanan akan digelar, kemungkinan besar di perbatasan Rafah atau Kerem Shalom, yang kini dipenuhi barikade dan penjagaan ketat.

Warga Gaza, yang telah hidup di bawah dentuman bom dan kelaparan, menanti dengan harap-harap cemas. Di pasar kecil yang masih tersisa di Jabalia, seorang pedagang berkata lirih, “Semoga ini benar-benar akhir dari neraka panjang ini.”


Tawaran terbaru dari Hamas untuk membebaskan semua sandera sekaligus dengan imbalan gencatan senjata lima tahun membawa secercah harapan di tengah duka panjang Gaza. Namun, perbedaan tuntutan antara Hamas dan Israel membuat masa depan perundingan ini tetap penuh ketidakpastian. Dunia kini menunggu, apakah diplomasi dapat mengalahkan kekerasan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.

Advertisement
RELATED ARTICLES
- Advertisement -

Most Popular

- Advertisement -