Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengungkapkan rencananya untuk mengirim kembali pasukan AS ke Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan. Alasannya, pangkalan strategis tersebut dinilai penting untuk memantau aktivitas militer China, yang disebut sedang mengembangkan rudal nuklir di wilayah terdekat. Pernyataan ini disampaikan Trump dalam jumpa pers setelah pertemuan kabinet pertamanya sejak ia mengambil alih sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata AS.
“Joe Biden menyerahkan pangkalan itu begitu saja. Saya yakin kita harus merebutnya kembali,” ujar Trump, sembari menyoroti hilangnya kendali AS atas kendaraan lapis baja dan infrastruktur militer di Bagram.
Trump menegaskan bahwa keputusan Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021 adalah langkah yang keliru. “Kita telah menginvestasikan miliaran dolar di Afghanistan, tetapi semua peralatan militer kita justru ditinggalkan. Ini tidak akan terjadi jika saya masih menjabat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Trump menjelaskan bahwa Pangkalan Udara Bagram bukan hanya sekadar aset militer biasa. “Bagram adalah salah satu pangkalan udara terbesar di dunia, dengan landasan pacu yang sangat kuat dan mampu menahan beban berat. Kami menyerahkannya, dan sekarang China yang menguasainya. Ini sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.
Menurut Trump, Bagram memiliki nilai strategis yang tinggi karena lokasinya yang hanya berjarak satu jam dari fasilitas pengembangan rudal nuklir China. “Kami akan mempertahankan Bagram, bukan untuk Afghanistan, tapi untuk menghadapi ancaman China,” tegasnya.
Selain itu, Trump juga mengkritik keputusan Biden yang dinilai telah membuka peluang bagi China untuk memperluas pengaruhnya di Afghanistan. “Anda tahu siapa yang menduduki Bagram sekarang? China. Ini adalah kesalahan besar yang harus diperbaiki,” tambahnya.
Rencana Pemulihan Aset Militer AS
Trump mengungkapkan bahwa AS berencana menarik kembali sekitar 40.000 kendaraan lapis baja dan peralatan militer berat yang ditinggalkan di Afghanistan. Saat ini, aset-aset tersebut berada di bawah kendali pemerintah Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA).
“Afghanistan bertahan berkat bantuan miliaran dolar dari AS. Oleh karena itu, pemerintah IIA harus mengembalikan semua peralatan militer yang kami tinggalkan,” tegas Trump.
Baca Juga : AS: Tindakan Zelenskyy kacaukan upaya penyelesaian konflik Ukraina
Keputusan Biden dan Dampaknya
Keputusan Biden untuk menarik seluruh pasukan AS dari Afghanistan pada 2021 menuai kontroversi. Saat itu, Biden membela langkahnya dengan menyatakan bahwa sejarah akan mencatat keputusannya sebagai “logis, rasional, dan tepat.” Namun, Trump menilai keputusan tersebut justru melemahkan posisi AS di kancah global.
Invasi AS ke Afghanistan pada 2001, yang dipicu oleh serangan teror 9/11, berlangsung selama dua dekade. Perang tersebut menewaskan puluhan ribu orang dan meninggalkan luka mendalam bagi kedua belah pihak.
Tanggapan dari Pihak Terkait
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah IIA maupun China terkait pernyataan Trump. Pangkalan Udara Bagram, yang awalnya dibangun oleh Uni Soviet pada era Perang Dingin, sempat menjadi pusat operasi militer AS selama dua dekade.
[…] Trump Ingin Pasukan AS Kembali ke Afganistan, Ancaman Nuklir China […]