Teheran – Rusia dan China berpotensi menjadi penjamin dalam kesepakatan antara Amerika Serikat dan Iran terkait komitmen Iran untuk tidak mengembangkan program senjata nuklir.
Pernyataan ini disampaikan oleh Abolfazl Zohrevand, anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, kepada RIA Novosti.
Zohrevand berpendapat bahwa Rusia dan China memenuhi kualifikasi untuk menjadi penjamin mengingat status mereka sebagai negara anggota Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, pada hari Senin (14/4) menyatakan bahwa Italia telah menyetujui untuk menjadi tuan rumah putaran kedua perundingan antara AS dan Iran. Pernyataan tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.
Namun, Kementerian Luar Negeri Iran kemudian mengklarifikasi bahwa putaran kedua perundingan akan tetap diselenggarakan di Muscat, Oman, pada tanggal 19 April.
“Presiden AS Donald Trump pernah menyatakan bahwa fokus utamanya adalah memastikan Iran tidak mengembangkan senjata nuklir. Jika demikian, isu ini dapat diselesaikan, terutama dengan mempertimbangkan peran Rusia dan China sebagai anggota NPT dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB,” ujar Zohrevand.
“Mereka dapat berperan aktif sebagai penjamin dalam kesepakatan antara Iran dan Amerika Serikat terkait komitmen untuk tidak memproduksi senjata nuklir, sekaligus mencegah terulangnya taktik serupa yang dilakukan oleh Eropa dan Amerika dalam kesepakatan nuklir sebelumnya,” imbuhnya.
Zohrevand menambahkan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan strategis untuk mencegah kedekatan Iran dengan Rusia dan China.
Namun, ia berpendapat, “Jika Iran, Rusia, dan China menjalin kerja sama yang baik dengan sikap yang cermat, dunia dapat menghindari kembalinya era unipolaritas.”
Sumber: Sputnik-OANA
