Saturday, June 21, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaRusia Tetap Kirim Uang Tunai ke Suriah saat Barat Ragu Cabut Sanksi

Rusia Tetap Kirim Uang Tunai ke Suriah saat Barat Ragu Cabut Sanksi

Damaskus, Bank Sentral Suriah mengonfirmasi kedatangan sejumlah mata uang Suriah yang dicetak di Rusia. Uang kertas tersebut tiba di Bandara Damaskus pada Jumat pagi, menurut laporan resmi dari kantor berita pemerintah Suriah, SANA. Meskipun jumlah pasti tidak diungkapkan, sumber terpercaya menyebutkan bahwa nilai mata uang yang tiba mencapai “ratusan miliar pound Suriah,” atau setara dengan puluhan juta dolar AS.

Mata uang ini dicetak di Rusia di bawah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang digulingkan oleh pemberontak Islamis pada Desember 2024. Namun, uang tersebut belum sempat dikirim ke Suriah sebelum kejatuhan rezim Assad. Setelah Assad melarikan diri ke Moskow, kepemimpinan baru Suriah memerintahkan perusahaan percetakan Rusia untuk menghentikan produksi. Alasan di balik pengiriman uang tunai yang dicetak sebelumnya ini masih belum jelas.

Sejak penggulingan Assad, Suriah menghadapi krisis likuiditas yang parah. Maysaa Sabreen, gubernur baru Bank Sentral Suriah, menyatakan pada Januari lalu bahwa pemerintah berusaha menghindari pencetakan uang baru untuk mencegah inflasi yang lebih tinggi. Namun, kedatangan uang tunai ini menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap stabilitas ekonomi.

Di pasar gelap, nilai pound Suriah justru menunjukkan penguatan sejak kepemimpinan baru mengambil alih. Faktor utamanya adalah kembalinya warga Suriah dari luar negeri dan pelonggaran kontrol ketat terhadap perdagangan mata uang asing. Pada Kamis, 13 Februari 2025, kurs pound Suriah diperdagangkan sekitar 9.850 per dolar AS di pasar gelap, sementara kurs resmi tetap berada di kisaran 13.000 pound per dolar AS.

Namun, kekhawatiran tentang likuiditas tetap mengemuka. Menurut sumber yang dekat dengan Bank Sentral, cadangan devisa Suriah saat ini hanya sekitar 200 juta dolar AS, jauh menurun dari 18,5 miliar dolar AS yang dimiliki pada tahun 2010, sebelum perang saudara meletus. Penurunan drastis ini memperlihatkan betapa rapuhnya perekonomian Suriah.

Di tengah situasi ini, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pembicaraan telepon dengan pemimpin sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, pada Rabu lalu. Ini merupakan kontak pertama antara kedua pemimpin sejak kejatuhan Assad. Putin dilaporkan mengundang menteri luar negeri Suriah yang baru untuk mengunjungi Moskow dan menyatakan kesediaan Rusia untuk meninjau kembali kesepakatan bilateral yang dibuat di era Assad.

Sebelum beralih ke Rusia, Suriah mencetak mata uangnya di Austria melalui Oesterreichische Banknoten-und Sicherheitsdruck GmbH, anak perusahaan bank sentral Austria. Perubahan ini mencerminkan pergeseran aliansi geopolitik Suriah pasca-kejatuhan Assad.

Sementara itu, laporan terbaru dari MercyCorps, sebuah kelompok bantuan internasional, mengungkapkan bahwa banyak rumah tangga di Suriah kesulitan memenuhi kebutuhan dasar akibat kelangkaan likuiditas di pasar. Krisis ini semakin memperburuk kondisi kehidupan warga yang sudah terpuruk akibat konflik berkepanjangan.

Kedatangan mata uang dari Rusia ini bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi krisis likuiditas, tetapi juga berpotensi memicu inflasi dan ketidakstabilan ekonomi lebih lanjut. Banyak pihak menunggu langkah-langkah konkret dari pemerintah baru untuk memulihkan kepercayaan publik dan stabilitas finansial di tengah tantangan yang semakin kompleks.

Advertisement
RELATED ARTICLES

1 COMMENT

Comments are closed.

- Advertisement -

Most Popular

- Advertisement -