Sunday, October 5, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaMiliter Israel Dikecam Setelah Mengunggah Gambar Operasi dengan Gaya Studio Ghibli di...

Militer Israel Dikecam Setelah Mengunggah Gambar Operasi dengan Gaya Studio Ghibli di Tengah Konflik Gaza

Militer Israel menuai kecaman luas di dunia maya setelah mengunggah serangkaian gambar yang menggambarkan operasi militer mereka dengan gaya seni yang sangat mirip dengan karya Studio Ghibli, sebuah studio animasi terkenal dari Jepang. Gambar-gambar tersebut, yang diunggah melalui akun X resmi Angkatan Pertahanan Israel (IDF), menunjukkan tentara Israel, armada laut, dan udara mereka dengan latar belakang yang tampaknya terinspirasi oleh estetika animasi Jepang yang khas.

“Sekadar mengikuti tren Ghibli,” demikian tulisan yang menyertai unggahan tersebut, sebuah pernyataan yang kemudian memicu reaksi keras dari berbagai kalangan.

Kecaman dan Reaksi Publik

Segera setelah gambar tersebut dipublikasikan, komentar-komentar tajam mulai bermunculan. Banyak yang mengkritik keras militer Israel, menganggap unggahan tersebut tidak sensitif, mengingat dampak dari serangan militer Israel di Gaza yang telah merenggut ribuan nyawa warga sipil Palestina sejak Oktober 2023. Salah seorang pengguna X membagikan gambar yang menggambarkan dua tentara Israel yang mengarahkan senjata kepada seorang wanita dan anak-anak yang terjebak di tengah reruntuhan bangunan, sebagai respons terhadap gambar yang diunggah.

Reaksi publik juga muncul melalui unggahan gambar-gambar yang merujuk pada insiden yang terjadi selama operasi militer, seperti pasukan Israel yang mengenakan pakaian wanita yang ditemukan di rumah-rumah Palestina selama penggerebekan. Beberapa pengguna juga membagikan gambar Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam, sayap militer Hamas, menandai kontras yang tajam dengan gambar yang dipromosikan oleh IDF.

Pengguna Palestina Ikut Berpartisipasi dalam Tren

Tidak hanya para pengguna internasional yang merespons, tetapi warga Palestina juga ikut terlibat dalam tren ini, dengan berbagi gambar yang menggambarkan kondisi Gaza selama serangan Israel. Gambar-gambar ini tidak hanya menunjukkan kehancuran akibat pengeboman, tetapi juga simbol-simbol harapan dan perjuangan untuk pembebasan Palestina. Salah satu gambar yang dibagikan menunjukkan seorang pria tua Palestina berdiri dengan penuh keteguhan di depan tank Israel, sambil memegang bendera Palestina, yang menjadi simbol perlawanan terhadap kekuatan militer Israel.

Gaya Animasi Jepang dalam Propaganda atau Penyampaian Pesan?

Gaya Studio Ghibli yang terkenal dengan sentuhan lembut dan penuh makna mendalam tampaknya tidak sesuai dengan konteks kekerasan yang digambarkan dalam operasi militer tersebut. Oleh karena itu, banyak yang melihat unggahan ini sebagai sebuah bentuk propaganda yang bertujuan untuk membentuk citra positif di tengah konflik yang sedang berlangsung. Namun, reaksi keras yang ditimbulkan justru mengungkapkan sebaliknya, memperburuk citra militer Israel di mata publik global, terutama dalam konteks korban sipil yang terus berjatuhan di Gaza.

Refleksi pada Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Media Sosial

Kejadian ini juga menyoroti penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menciptakan konten yang tidak hanya menarik perhatian tetapi juga kontroversial. Penggunaan AI untuk menggambarkan operasi militer dalam bentuk gambar yang mengingatkan pada animasi populer dapat dilihat sebagai upaya untuk menarik perhatian audiens yang lebih luas, namun juga menunjukkan bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk tujuan yang meragukan dalam konteks propaganda.

Kesimpulan dan Dampaknya pada Citra Militer Israel

Perdebatan ini mencerminkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk persepsi global terhadap sebuah konflik. Di tengah ketegangan yang semakin tinggi, unggahan gambar militer Israel ini memperburuk ketegangan antara Israel dan Palestina, sekaligus menimbulkan pertanyaan besar tentang etika dalam penyebaran informasi, terutama ketika melibatkan kekerasan dan kehancuran. Pihak-pihak terkait kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mengelola narasi yang lebih sensitif dan berimbang, sambil tetap memperhatikan dampak jangka panjang dari konten yang mereka sebarkan.

Advertisement
RELATED ARTICLES
- Advertisement -

Most Popular

- Advertisement -