Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) baru saja merilis hasil survei terbaru yang mengevaluasi 100 hari pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Survei yang melibatkan 42 pakar ekonomi dari berbagai latar belakang ini mengungkapkan bahwa mayoritas responden menilai kondisi ekonomi dalam negeri memburuk dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Survei yang dilakukan oleh LPEM FEB UI ini melibatkan para ahli ekonomi dari institusi pendidikan tinggi, lembaga riset, think tank, sektor swasta, hingga organisasi multinasional. Responden berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri, memberikan perspektif yang komprehensif.
Hasilnya, 55% atau 23 dari 42 responden sepakat bahwa situasi ekonomi saat ini lebih buruk. Bahkan, tujuh pakar menyatakan kondisi ekonomi “jauh lebih buruk” dari sebelumnya. Hanya satu pakar yang menilai situasi ekonomi membaik, sementara 11 pakar lainnya menganggap kondisi stagnan.
Tidak hanya itu, pandangan para pakar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ke depan juga cenderung pesimistis. Sebanyak 23 dari 42 responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat, meskipun tidak ada yang memprediksi kontraksi yang signifikan. Hanya enam pakar yang optimis akan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Survei ini juga mengevaluasi efektivitas kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan oleh pemerintahan Prabowo-Gibran. Mayoritas pakar menilai kebijakan fiskal tidak efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Sebanyak 28% responden (12 orang) menyatakan kebijakan fiskal “sangat tidak efektif,” sementara 60% (25 orang) menilainya “sedikit tidak efektif.”
Di sisi kebijakan moneter, 38% responden (16 orang) menganggap kebijakan yang diambil tidak memberikan dampak signifikan. Sebanyak 13% (13 orang) menilainya “sedikit tidak efektif.” Hal ini menunjukkan perlunya evaluasi dan perbaikan mendasar terhadap kebijakan ekonomi yang dijalankan.
Survei ini juga mengungkapkan skeptisisme yang luas di kalangan pakar ekonomi terhadap arah kebijakan ekonomi pemerintahan Prabowo-Gibran. Dari 42 responden, 36 orang menilai kebijakan ekonomi secara negatif. Rinciannya, 21 responden menilai “tidak efektif,” dan 15 responden menyatakan “sangat tidak efektif.” Hanya dua pakar yang melihat sedikit efektivitas, sementara empat lainnya bersikap netral. Tidak ada satupun responden yang menilai kebijakan tersebut “sangat efektif.”
Menurut LPEM FEB UI, hasil survei ini mencerminkan ketidakpuasan dan keraguan yang luas terhadap efektivitas kebijakan ekonomi dalam 100 hari pertama pemerintahan ini.
Berdasarkan temuan survei, LPEM FEB UI merekomendasikan agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan fiskal dan moneter. Perbaikan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan dinilai penting untuk meningkatkan efektivitas dan memulihkan kepercayaan para pakar ekonomi.
Survei LPEM FEB UI ini memberikan gambaran jelas tentang tantangan ekonomi yang dihadapi pemerintahan Prabowo-Gibran dalam 100 hari pertama. Dengan mayoritas pakar menilai kondisi ekonomi memburuk dan kebijakan yang diambil tidak efektif, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memulihkan kepercayaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sayuran Sejuta Umat yang Kaya Gizi dan Manfaat Kubis adalah salah satu sayuran yang mudah…
Daun Pepaya: Sayuran Penuh Nutrisi yang Sering Diremehkan Daun pepaya identik dengan rasa pahit, sehingga…
Daun pepaya dikenal luas di Indonesia sebagai bahan alami yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional.…
Lebih dari 11.000 warga ‘Israel’ yang berpengaruh—termasuk tentara cadangan, veteran militer, mantan pejabat, akademisi, pendidik,…
Teheran - Rusia dan China berpotensi menjadi penjamin dalam kesepakatan antara Amerika Serikat dan Iran…
Sekar Arum Widara (41), mantan artis drama kolosal, ditangkap Polres Metro Jakarta Selatan pada Rabu…
This website uses cookies.