Monday, April 7, 2025
HomeSejarah dan PeradabanPenemuan Spesies Ikan Tanpa Mata di Gua Cisodong

Penemuan Spesies Ikan Tanpa Mata di Gua Cisodong

Views: 0

Baru-baru ini, para peneliti berhasil mengungkap keberadaan spesies ikan baru yang unik di Gua Cisodong, Jawa Barat. Ikan yang diberi nama Barbodes klapanunggalensis ini menarik perhatian karena tidak memiliki mata dan tubuhnya yang tidak berpigmen. Penemuan ini merupakan hasil kolaborasi antara tim ahli dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Indonesian Speleological Society (ISS), dan Yayasan Species Obscura Indonesia. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah ZooKeys pada 24 Februari 2025.

Evolusi Menjadi Buta: Kisah Adaptasi di Kegelapan

Menurut Kunto Wibowo, Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Barbodes klapanunggalensis awalnya memiliki mata seperti ikan pada umumnya. Namun, dalam proses evolusi yang panjang, mata ikan ini mengalami degenerasi karena adaptasi terhadap lingkungan gua yang gelap total. “Dalam kondisi tanpa cahaya, mata menjadi tidak berguna dan perlahan-lahan menghilang,” jelas Kunto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/2/2025).

Proses evolusi ini, menurut Kunto, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi habitat, tingkat mutasi, dan laju reproduksi. Meskipun belum ada penelitian spesifik yang menentukan berapa lama proses kebutaan ini terjadi, referensi dari spesies ikan gua lain menunjukkan bahwa proses serupa bisa memakan waktu ratusan ribu hingga jutaan tahun. “Analisis molekuler dapat membantu memperkirakan kapan adaptasi ini terjadi,” tambahnya.

Selain kehilangan mata, ikan ini juga mengalami depigmentasi, yaitu hilangnya pigmen pada tubuhnya. Hal ini membuat tubuhnya berwarna putih keperakan dengan sirip yang transparan, menambah keunikan penampilannya.

Ciri-Ciri Unik Barbodes klapanunggalensis

Spesies ini memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari ikan gua lainnya. Mata mereka telah mengalami reduksi dan hanya meninggalkan bekas berupa cekungan orbital yang tertutup kulit. Sirip dada dan sirip perutnya relatif panjang, sementara sisik aksial di belakang sirip perut pendek dengan ujung membulat.

Meski tidak memiliki mata, ikan ini mampu berenang dengan baik. Mereka mengandalkan sistem garis lateral, organ sensorik yang berfungsi mendeteksi getaran dan perubahan tekanan air. “Ini memungkinkan mereka merasakan pergerakan air dan keberadaan benda atau makhluk hidup di sekitarnya,” jelas Kunto.

Barbodes klapanunggalensis hidup di kolam-kolam kecil di dalam gua yang dialiri oleh air rembesan dari lantai gua. Kolam ini memiliki substrat tanah liat halus dan air yang jernih. Ikan ini cenderung diam di air tenang, tetapi akan aktif berenang ketika air terganggu.

Ancaman dari Aktivitas Penambangan

Sayangnya, keberadaan spesies unik ini terancam oleh aktivitas penambangan batu kapur yang marak di kawasan karst Klapanunggal. Gua Cisodong 1, habitat satu-satunya yang diketahui untuk Barbodes klapanunggalensis, terletak di kawasan karst seluas 66 km persegi. Namun, hanya 9,96% dari kawasan ini yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia sebagai Kawasan Bentang Alam Karst Bogor.

Meskipun gua ini sulit diakses dan jauh dari permukiman, para peneliti BRIN mengkhawatirkan dampak penambangan terhadap ekosistem gua. “Aktivitas penambangan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan gua, termasuk kolam-kolam kecil tempat ikan ini hidup,” ujar Kunto.

Proses Penemuan dan Masa Depan Penelitian

Spesies ini pertama kali teramati pada Agustus 2020 oleh tim penjelajah gua dari Latgab Caving Jabodetabek, ISS, dan Gema Balantara. Saat itu, tim menemukan lebih dari 20 individu ikan tanpa mata dan pigmen di dua lokasi berbeda di dalam gua. Namun, belum ada spesimen yang diambil pada saat itu.

Pada Juli 2022, tim peneliti kembali ke gua tersebut dan mengoleksi dua spesimen dari kolam yang sama. Spesimen ini kemudian dipelajari secara mendalam dan dipastikan sebagai spesies baru. “Masih banyak yang perlu dipelajari terkait biologi, populasi, dan ekologi spesies ini,” kata Kunto.

Penemuan Barbodes klapanunggalensis tidak hanya menambah kekayaan biodiversitas Indonesia, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan kawasan karst yang rentan terhadap aktivitas manusia. Tanpa upaya konservasi yang serius, spesies unik ini bisa saja menghilang sebelum kita sempat memahaminya sepenuhnya.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular