Monday, April 7, 2025
HomeNewsNasionalFenomena #KaburAjaDulu: Antara Kegelisahan dan Peluang Masa Depan

Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Kegelisahan dan Peluang Masa Depan

Views: 0

Jakarta, Tagar #KaburAjaDulu tiba-tiba mencuri perhatian di media sosial X pada awal Februari 2025. Tagar ini menjadi viral di kalangan generasi Z (Gen Z) Indonesia, menggambarkan kegelisahan mereka terhadap situasi dalam negeri yang dinilai kurang kondusif. Namun, di balik nada pesimistis yang tersirat, fenomena ini justru membuka peluang diskusi menarik tentang masa depan Indonesia, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peran diaspora.

Dari Kegelisahan ke Peluang

Tagar #KaburAjaDulu awalnya muncul sebagai ekspresi kekhawatiran generasi muda terhadap berbagai tantangan di Indonesia, mulai dari persoalan ekonomi, pendidikan, hingga lapangan kerja. Namun, tagar ini tidak hanya berhenti sebagai ungkapan kekesalan. Banyak netizen, termasuk diaspora Indonesia yang lebih senior, memanfaatkannya untuk berbagi informasi tentang peluang studi, karier, dan kehidupan di luar negeri.

Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof. Stella Christie, melihat fenomena ini dari sudut pandang yang lebih optimistis. Menurutnya, keinginan untuk “kabur” tidak selalu negatif. “Jika kita lihat lebih dalam, ini bisa menjadi peluang untuk mengembangkan kemampuan individu di luar negeri, yang pada akhirnya bisa memberikan kontribusi bagi Indonesia,” ujarnya dalam acara Naratama di Menara Kompas, Jakarta.

Diaspora sebagai Kekuatan Global

Prof. Stella menekankan pentingnya peran diaspora dalam memajukan Indonesia. Ia mengambil contoh negara seperti India dan Tiongkok, yang telah membuktikan bagaimana diaspora mereka berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, sains, dan teknologi di negara asal.

“Lihat saja Satya Nadella, CEO Microsoft asal India. Ia tidak hanya sukses di Amerika Serikat, tetapi juga membuka banyak lapangan kerja untuk orang India, bahkan mendorong offshoring pekerjaan ke India,” jelasnya.

Di Indonesia, meskipun jumlah diaspora masih relatif kecil dibandingkan India atau Tiongkok, Prof. Stella mengapresiasi kontribusi mereka. Banyak diaspora Indonesia yang aktif membimbing mahasiswa dari tanah air, membuka jaringan penelitian internasional, dan memperkenalkan peluang karier di luar negeri.

Brain Circulation, Bukan Brain Drain

Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah potensi brain drain, atau hilangnya talenta unggul Indonesia ke luar negeri. Namun, Prof. Stella menegaskan bahwa fenomena yang terjadi saat ini lebih tepat disebut sebagai brain circulation.

“Brain circulation adalah konsep di mana talenta unggul suatu negara bisa berkontribusi dari mana pun mereka berada. Mereka bisa membawa pulang pengetahuan, jaringan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi Indonesia,” paparnya.

Ia mencontohkan bagaimana diaspora Indonesia di Inggris, China, dan Amerika Serikat telah membantu membawa mahasiswa dan peneliti Indonesia ke lingkaran akademis dan profesional global. “Ini bukan tentang pergi dan tidak kembali, tetapi tentang membangun kolaborasi yang saling menguntungkan,” tambahnya.

Baca Juga : Hasil Sidang Isbat, Awal Puasa Ramadhan Jatuh pada 1 Maret 2025

Tantangan ke Depan

Meski optimistis, Prof. Stella mengakui bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal jumlah diaspora yang memiliki posisi strategis di luar negeri. Data dari Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan menunjukkan, dalam lima tahun terakhir, rata-rata 1.000 warga negara Indonesia (WNI) per tahun melepas status kewarganegaraannya untuk menjadi warga Singapura.

“Angka ini belum masif, tetapi kita perlu waspada. Indonesia membutuhkan lebih banyak diaspora yang bisa menjadi duta bangsa di kancah global,” ujarnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, Prof. Stella menekankan pentingnya membangun industri dan lapangan kerja yang menarik di dalam negeri. “Kita perlu menciptakan ekosistem yang bisa menarik kembali talenta-talenta yang sudah berkarier di luar negeri,” katanya.

Pesan untuk Generasi Muda

Di akhir pembicaraan, Prof. Stella menyampaikan pesan khusus untuk generasi muda Indonesia. “Jika kalian memilih untuk mengejar peluang di luar negeri, jangan lupakan tanah air. Bangunlah jaringan, tingkatkan kompetensi, dan suatu saat nanti, kembalilah untuk berkontribusi bagi Indonesia,” pesannya.

Ia juga mengajak diaspora Indonesia yang sudah sukses di luar negeri untuk terus aktif membangun negeri dari jarak jauh. “Kalian adalah bagian dari kekuatan Indonesia. Dari mana pun kalian berada, kontribusi kalian sangat berarti,” tandasnya.

Fenomena #KaburAjaDulu mungkin bermula dari kegelisahan, tetapi ia telah membuka pintu diskusi tentang bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan potensi diaspora untuk kemajuan bangsa. Dengan strategi yang tepat, keinginan untuk “kabur” bisa berubah menjadi langkah awal untuk membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Ad

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

Comments are closed.

Ad

- Advertisment -

Most Popular