Pemerintahan Presiden Donald Trump mengambil langkah kontroversial dengan memberhentikan sementara seluruh staf Voice of America (VOA) dan program-program pro-demokrasi lainnya yang dikelola pemerintah. Keputusan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk organisasi advokasi pers internasional, yang menilai langkah ini sebagai ancaman terhadap kebebasan informasi global.
Langkah Drastis Pemerintahan Trump
Keputusan ini diambil setelah Kongres menyetujui RUU pendanaan terbaru pada Jumat (14/3/2025) malam. Trump memerintahkan pengurangan fungsi beberapa lembaga pemerintah, termasuk Badan Media Global AS (USAGM), yang membawahi VOA, Radio Free Europe, Radio Free Asia, dan Radio Marti. Lembaga-lembaga ini dikenal sebagai penyedia berita independen dan objektif, khususnya untuk negara-negara dengan rezim otoriter seperti China, Korea Utara, dan Kuba.
Kari Lake, mantan calon gubernur Arizona dan penasihat senior USAGM yang ditunjuk Trump, mengonfirmasi melalui platform X bahwa seluruh staf VOA telah diberhentikan sementara. Staf diminta memeriksa email mereka untuk informasi lebih lanjut. Pemberhentian ini disertai dengan pemberian cuti administratif berbayar, meskipun staf dilarang menggunakan fasilitas dan peralatan kantor.
Reaksi dari Direktur VOA dan Komunitas Internasional
Michael Abramowitz, Direktur VOA, menyatakan keprihatinannya dalam sebuah pernyataan resmi. “Untuk pertama kalinya dalam 83 tahun, Voice of America yang tersohor itu dibungkam,” ujarnya. Abramowitz menekankan bahwa VOA selama ini berperan penting dalam mempromosikan kebebasan dan demokrasi melalui penyampaian berita yang objektif dan berimbang.
Organisasi Reporters Without Borders (RSF) mengecam keras keputusan ini. Mereka menilai langkah ini sebagai penyimpangan dari peran historis AS sebagai pembela kebebasan informasi. RSF mendesak pemerintah AS untuk memulihkan operasional VOA dan meminta Kongres serta komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas.
Baca Juga: Influencer Amerika Dikecam Usai Merebut Bayi Wombat dari Induknya
Dampak pada Jangkauan Informasi Global
VOA dan jaringan di bawah USAGM memiliki jangkauan yang luas, melayani sekitar 427 juta pendengar di seluruh dunia. Lembaga-lembaga ini telah menjadi sumber informasi tepercaya sejak era Perang Dingin, khususnya bagi masyarakat yang hidup di bawah rezim otoriter.
Thomas Kent, mantan Presiden dan CEO Radio Free Europe/Radio Liberty, menyatakan kekhawatirannya. “Tanpa sumber berita ini, akan jauh lebih sulit bagi AS untuk menyampaikan pesannya ke dunia,” ujarnya. Kent juga memperingatkan bahwa citra AS dan pemerintahan Trump kini berada di tangan pihak-pihak yang mungkin memiliki kepentingan bertentangan, termasuk lawan-lawan politik dan negara-negara yang memusuhi AS.
Upaya Penghematan atau Langkah Politik?
Dalam sebuah video yang diunggah di X, Kari Lake menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya penghematan anggaran. Lake menyoroti pemborosan dana, termasuk sewa gedung VOA yang dinilai tidak efisien. “Kami berusaha membatalkan kontrak-kontrak yang dapat dibatalkan dan menghemat lebih banyak uang,” katanya.
Namun, banyak pengamat yang meragukan motif di balik keputusan ini. Pemerintahan Trump sebelumnya telah mengambil langkah-langkah yang membatasi kebebasan pers, seperti melarang kantor berita Associated Press meliput kegiatan presiden dan mengontrol pemilihan media yang boleh menjadi bagian dari kelompok pers resmi.