Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, mengonfirmasi bahwa Angkatan Udara Israel telah melancarkan serangan udara di Damaskus, Suriah, pada Kamis (13/3/2025). Serangan ini diklaim menargetkan “pusat komando” kelompok perlawanan Palestina, Jihad Islam, yang disebut sebagai ancaman bagi keamanan Israel. Militer Israel menyatakan bahwa markas tersebut digunakan untuk merencanakan dan mengarahkan aksi teror terhadap Israel.
Korban dan Kerusakan Akibat Serangan
Menurut laporan pemantau perang, setidaknya satu orang tewas dalam serangan tersebut. Media pemerintah Suriah melaporkan bahwa serangan itu menghantam sebuah gedung di ibu kota Damaskus, menyebabkan tiga warga sipil terluka, termasuk seorang wanita dalam kondisi kritis. Seorang fotografer AFP di lokasi melaporkan bahwa fasad bangunan tiga lantai itu hancur total, dengan api terlihat menyala dari balkon.
Kelompok Jihad Islam mengaku bahwa gedung yang menjadi sasaran telah ditutup selama lima tahun dan tidak digunakan oleh anggota mereka. Ismail Sindawi, perwakilan Jihad Islam di Suriah, menyatakan bahwa serangan ini lebih bersifat pesan politik daripada operasi militer. “Israel hanya mengirim pesan,” ujarnya.
Respons Israel dan Ancaman Lanjutan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa serangan ini adalah bagian dari kebijakan Israel untuk menanggapi setiap ancaman terhadap keamanan negara. “Kami menyerang markas Jihad Islam di jantung Kota Damaskus. Kami melakukan ini karena kami memiliki kebijakan yang jelas: Siapa pun yang menyerang kami atau berencana untuk menyerang kami — kami serang mereka,” kata Netanyahu dalam pernyataan video.
Netanyahu juga mengancam akan melakukan lebih banyak serangan serupa jika diperlukan, termasuk di Lebanon, di mana Israel telah terlibat permusuhan dengan kelompok Hizbullah yang didukung Iran. “Ini berlaku tidak hanya di Suriah tetapi di mana-mana,” tegasnya.
Latar Belakang Konflik
Jihad Islam, kelompok perlawanan Palestina, sebelumnya telah bertempur bersama Hamas melawan Israel di Gaza sebelum gencatan senjata rapuh tercapai pada Januari 2025. Serangan ini terjadi dalam konteks ketegangan yang terus memanas di kawasan Timur Tengah, di mana Israel sering kali menjadi target serangan kelompok-kelompok bersenjata.
Serangan ini menimbulkan pertanyaan tentang eskalasi konflik di kawasan tersebut. Meski Israel mengklaim bahwa targetnya adalah markas militer, korban sipil dan kerusakan infrastruktur menunjukkan dampak yang lebih luas. Serangan ini juga memperlihatkan kebijakan Israel yang semakin agresif dalam menanggapi ancaman, tidak hanya di Gaza tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Suriah dan Lebanon.