Thursday, April 10, 2025
HomeSejarah dan PeradabanBen-Zion Netanyahu: Jejak Sejarah Ideologi Ekstrem dalam Keluarga Netanyahu

Ben-Zion Netanyahu: Jejak Sejarah Ideologi Ekstrem dalam Keluarga Netanyahu

Views: 0

Ben-Zion Netanyahu, ayah dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, adalah sosok yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Zionisme modern. Pemikirannya yang radikal dan pandangannya yang keras terhadap dunia Arab tidak hanya membentuk dirinya sendiri, tetapi juga memengaruhi kebijakan putranya yang kini memimpin Israel. Bagaimana Ben-Zion membangun ideologi ini, dan apa warisan yang ia tinggalkan bagi Israel? Mari kita telusuri perjalanan hidupnya.

Masa Awal: Dari Warsawa ke Yerusalem

Ben-Zion Mileikowsky, nama aslinya, lahir pada tahun 1910 di Warsawa, Polandia, yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia. Ayahnya, Nathan Mileikowsky, adalah seorang rabi dan aktivis Zionis yang gigih. Nathan sering bepergian ke berbagai negara untuk menyebarkan gagasan Zionisme, keyakinan yang ia pegang teguh.

Pada tahun 1920, Nathan memutuskan untuk membawa keluarganya berimigrasi ke Palestina, yang saat itu berada di bawah mandat Inggris. Keluarga ini akhirnya menetap di Yerusalem, di mana Ben-Zion menempuh pendidikan di Institut David Yellin dan kemudian di Universitas Ibrani Yerusalem. Di sinilah ia mulai tertarik pada sejarah dan politik, yang kelak membentuk pandangan dunianya.

Pengaruh Zionisme Revisionis

Ben-Zion terpengaruh oleh gerakan Zionisme Revisionis yang dipimpin oleh Ze’ev Jabotinsky. Gerakan ini menolak Zionisme arus utama yang dianggap terlalu lunak terhadap Inggris dan terlalu kompromistis terhadap Arab. Sebaliknya, Zionisme Revisionis mengusung nasionalisme Yahudi yang lebih radikal, dengan keyakinan bahwa wilayah Israel harus mencakup seluruh Palestina historis dan Yordania.

Jabotinsky percaya bahwa konflik dengan Arab tidak bisa diselesaikan melalui diplomasi. Ia menekankan pentingnya membangun kekuatan militer yang kuat untuk melindungi pemukim Yahudi. Pandangan ini sangat memengaruhi Ben-Zion, yang kemudian mengadopsi ideologi ini sebagai dasar pemikirannya.

Karier Jurnalistik dan Akademik

Ben-Zion aktif dalam dunia jurnalistik dan akademik. Ia menjadi editor di majalah Betar, yang merupakan media propaganda Zionisme Revisionis. Pada tahun 1934, ia diangkat sebagai pemimpin redaksi surat kabar HaYarden, yang juga menjadi corong gerakan ini. Namun, surat kabar ini ditutup oleh otoritas Inggris pada tahun 1940 karena kontennya yang dianggap provokatif.

Setelah gagal memasuki dunia politik di Israel yang baru berdiri, Ben-Zion beralih ke bidang akademik. Ia menjadi editor di Ensiklopedia Ibrani dan kemudian mengajar di berbagai universitas di Amerika Serikat, termasuk Universitas Cornell. Meskipun ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar Israel, pandangannya tentang konflik Arab-Israel tetap tidak berubah.

Pandangan Ekstrem terhadap Arab

Ben-Zion dikenal karena pandangannya yang keras terhadap Arab. Ia percaya bahwa mayoritas Arab akan memusnahkan orang Yahudi jika diberi kesempatan. Keyakinan ini mendorongnya untuk mendukung gagasan pemindahan paksa penduduk Arab dari Palestina. Dalam tulisannya, ia sering menggambarkan Arab sebagai “setengah liar” dan “nyaris tidak beradab.”

Salah satu kutipannya yang terkenal adalah: “Arab dan Yahudi seperti dua kambing yang bertemu di jembatan sempit. Salah satunya harus melompat ke sungai, tetapi keduanya tidak ingin mati. Oleh karena itu, mereka terus bertarung.” Kutipan ini mencerminkan keyakinannya bahwa konflik antara Yahudi dan Arab tidak bisa diselesaikan melalui diplomasi.

Warisan bagi Benjamin Netanyahu

Pandangan Ben-Zion tampaknya telah diwariskan kepada putranya, Benjamin Netanyahu. Sebagai Perdana Menteri Israel, Benjamin dikenal karena kebijakan kerasnya terhadap Palestina. Pada Desember 2023, ia bahkan menyatakan dengan bangga, “Saya adalah penghalang utama bagi pembentukan negara Palestina.”

Benjamin juga kerap menyerukan langkah-langkah keras di Gaza, yang mencerminkan ideologi ayahnya. Meskipun ia tidak secara eksplisit menyatakan diri sebagai pengikut Zionisme Revisionis, tindakannya di lapangan menunjukkan kesetiaannya pada prinsip-prinsip yang dipegang oleh Ben-Zion.

Akhir Hidup dan Warisan Abadi

Ben-Zion Netanyahu wafat pada tahun 2012 dalam usia 102 tahun. Meskipun ia gagal dalam karier politiknya, pengaruhnya terhadap putranya dan kebijakan Israel modern tidak bisa diabaikan. Pandangannya yang ekstrem terhadap Arab dan keyakinannya pada “Israel Raya” terus menjadi dasar bagi kebijakan keras Israel terhadap Palestina.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular