Badan Pengelola Investasi Daya Aganata Nusantara (BPI Danantara), sovereign wealth fund (SWF) terbaru Indonesia, resmi memulai langkah besarnya dalam mendanai proyek-proyek strategis nasional. Presiden Prabowo Subianto, dalam peluncuran Danantara, mengungkapkan bahwa dana sebesar Rp 300 triliun akan dialokasikan untuk 20 Proyek Strategis Nasional (PSN). Meski rincian proyek-proyek tersebut belum diungkap secara transparan, Prabowo menyebutkan beberapa sektor prioritas yang akan menjadi fokus investasi.
“Gelombang pertama investasi senilai 20 miliar dolar AS akan difokuskan pada hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan, protein, akuakultur, dan energi terbarukan,” jelas Prabowo.
Kilang Minyak Raksasa di Sumatera: Proyek Unggulan Pertama
Salah satu proyek yang menarik perhatian adalah pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel di Sumatera, dekat perbatasan Singapura. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengonfirmasi bahwa Danantara akan menjadi salah satu penyandang dana utama proyek ini.
“Sebagian dananya akan dibiayai oleh Danantara, sebagian lagi masih kami cari. Jika Pertamina bisa ikut serta, itu akan menjadi nilai tambah,” ujar Bahlil saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Meski belum bisa memastikan porsi pembiayaan yang akan diberikan Danantara, Bahlil menegaskan bahwa pemilihan lokasi di Sumatera didasarkan pada pertimbangan bisnis yang matang. “Ini murni pertimbangan bisnis,” tegasnya.
Kilang minyak ini merupakan bagian dari 21 proyek hilirisasi tahap pertama yang akan menerima total investasi sebesar 40 miliar dolar AS (Rp 657 triliun). Proyek-proyek ini juga menjadi bagian dari target hilirisasi senilai 618 miliar dolar AS pada tahun 2025.
Proyek Hilirisasi Lainnya: Dari Energi hingga Pangan
Selain kilang minyak, Danantara juga akan mendanai proyek-proyek strategis lainnya, seperti pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau, untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Ada pula proyek hilirisasi Dimethyl Ether (DME) berbahan baku batu bara, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor LPG.
Tidak hanya sektor energi, Bahlil menyebutkan bahwa hilirisasi juga akan menyentuh komoditas lain seperti tembaga, nikel, bauksit alumina, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
“Pendanaan proyek-proyek ini tidak sepenuhnya bergantung pada investasi asing. Pemerintah terus mendorong peningkatan jumlah proyek hilirisasi untuk mencapai target 26 sektor komoditas prioritas,” tambah Bahlil.
Potensi Besar untuk Ekonomi Nasional
Keberadaan kilang minyak di Sumatera diprediksi akan menjadi salah satu kilang produksi terbesar di Indonesia. Proyek ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi energi nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Dengan dana sebesar Rp 300 triliun yang siap digelontorkan, BPI Danantara diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya dalam mencapai target hilirisasi dan ketahanan energi nasional.