Tuesday, April 8, 2025
HomeInternasionalAmerika-KanadaTrump Pecat 6 Petinggi Pentagon dalam Langkah Kontroversial

Trump Pecat 6 Petinggi Pentagon dalam Langkah Kontroversial

Views: 0

Pada Jumat malam, 21 Februari 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat keputusan mengejutkan dengan memecat enam pejabat tinggi Pentagon. Langkah ini dianggap sebagai peristiwa bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah militer AS. Pemecatan ini terjadi tak lama setelah Pentagon mengumumkan rencana pemangkasan 5% dari 900.000 tenaga kerja sipilnya, dengan alasan meningkatkan efisiensi dan fokus pada prioritas presiden.

Keputusan Trump ini langsung memicu gelombang kritik dari Partai Demokrat. Mereka menuduh Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth berusaha mempolitisasi militer dengan menempatkan orang-orang yang loyal kepada presiden. Hegseth membela keputusan tersebut, menegaskan bahwa presiden memiliki hak penuh untuk memilih tim keamanan nasionalnya. “Ini adalah bagian dari kontrol sipil atas militer,” ujarnya.

Siapa Saja yang Dipecat?

Di antara pejabat yang dipecat adalah Jenderal C.Q. Brown Jr, Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Udara, Laksamana Lisa Franchetti, Kepala Operasi Angkatan Laut, dan Jenderal James Slife, Wakil Kepala Angkatan Udara. Selain itu, Trump juga memecat para jenderal yang bertugas sebagai penasihat hukum untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Pemecatan Letnan Jenderal Jennifer Short, asisten militer senior Hegseth, juga dilaporkan, meski Pentagon belum mengonfirmasinya.

Trump, yang sebelumnya memecat Laksamana Linda Fagan, perempuan pertama yang memimpin Angkatan Laut, pada hari pelantikannya, 20 Januari, telah lama menyatakan niatnya untuk membersihkan Pentagon dari perwira yang dianggap “tidak beres”. Dia dan Hegseth menggantikan mereka dengan perwira yang memiliki latar belakang “budaya pejuang”.

Alasan di Balik Pemecatan

Meski tidak memberikan penjelasan rinci, Trump dan Hegseth menyatakan bahwa pemecatan ini bertujuan untuk menempatkan kepemimpinan baru yang akan memfokuskan militer pada misi utamanya: mencegah, melawan, dan memenangkan perang. Namun, Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa pemecatan Jenderal Brown didasarkan pada kinerjanya yang dinilai buruk. “Ini saatnya untuk perombakan di Pentagon,” kata juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.

Leavitt juga menyoroti rendahnya kepercayaan publik terhadap militer AS, yang gagal dalam tujuh audit berturut-turut. “Kepercayaan para veteran perang terhadap militer kita sedang menurun,” tambahnya.

Apakah Ada Preseden Sebelumnya?

Para analis mencatat bahwa pemecatan massal seperti ini belum pernah terjadi dalam sejarah AS. Mark Cancian, pensiunan kolonel Korps Marinir dan penasihat senior di Center for Strategic and International Studies, menyebut dua hal yang membuat langkah ini luar biasa: cakupannya yang luas dan kurangnya penjelasan publik. “Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.

Partai Republik mencoba membela keputusan Trump dengan merujuk pada pemecatan Jenderal Douglas MacArthur oleh Presiden Truman pada 1951, serta pemecatan Jenderal David McKiernan dan Stanley McChrystal oleh mantan Presiden Obama. Namun, para ahli menilai bahwa pemecatan massal di bawah Trump menciptakan preseden yang berbahaya bagi netralitas militer.

Kekhawatiran atas Dampak Jangka Panjang

Langkah Trump ini memicu kekhawatiran di kalangan ahli dan veteran militer. Mereka khawatir hal ini akan mengikis netralitas militer, yang selama ini menjadi fondasi penting dalam sistem pemerintahan AS. Naveed Shah, direktur politik Common Defense, organisasi veteran progresif, menyatakan bahwa pemecatan ini dapat memengaruhi kualitas nasihat militer yang diberikan kepada pemimpin sipil. “Ini akan menciptakan situasi di mana perwira harus memilih antara mengikuti perintah atau mematuhi hukum,” ujarnya.

Shah juga menyoroti pemecatan para penasihat hukum militer, yang dianggap sebagai upaya untuk menghilangkan “penghalang” bagi perintah presiden. “Ini sangat mengkhawatirkan dan memunculkan pertanyaan tentang tujuan sebenarnya di balik langkah ini,” tambahnya.

Apa Artinya bagi Masa Depan Militer AS?

Keputusan Trump ini tidak hanya menimbulkan kontroversi politik, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang masa depan militer AS. Apakah langkah ini akan menjadi preseden bagi presiden berikutnya untuk memecat perwira yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan mereka? Mark Cancian mengingatkan, “Jika presiden dari Partai Demokrat datang dan memecat setengah dari Kepala Staf Gabungan, kita akan masuk ke era di mana militer terpolarisasi secara politik. Ini sangat buruk.”

Dengan langkah ini, Trump telah membuka babak baru dalam hubungan sipil-militer di AS, yang mungkin akan memiliki dampak jangka panjang bagi stabilitas dan netralitas institusi militer negara tersebut.

Ad

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

Comments are closed.

Ad

- Advertisment -

Most Popular