Monday, April 7, 2025
HomeHealth & FitnessPemanis Buatan Meningkatkan Resiko Serangan Jantung & Stroke

Pemanis Buatan Meningkatkan Resiko Serangan Jantung & Stroke

Views: 0

Sebuah temuan mengejutkan datang dari dunia kesehatan. Penelitian terbaru mengungkap bahwa pemanis buatan, seperti aspartam, yang sering ditemukan dalam soda diet dan produk makanan bebas gula lainnya, justru dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Temuan ini tentu menjadi perhatian serius, mengingat pemanis buatan telah menjadi bagian dari pola konsumsi sehari-hari banyak orang.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism ini melakukan eksperimen pada tikus. Tikus-tikus tersebut diberi aspartam sebagai pengganti gula selama 12 minggu. Dosis yang diberikan setara dengan konsumsi tiga kaleng soda diet per hari pada manusia. Hasilnya? Tikus yang mengonsumsi aspartam menunjukkan peningkatan peradangan dan penumpukan plak lemak di arteri mereka. Kedua kondisi ini dikenal sebagai faktor utama pemicu penyakit kardiovaskular.

Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa aspartam memicu lonjakan insulin dalam darah tikus. Lonjakan insulin ini diduga menjadi penghubung utama antara konsumsi aspartam dan masalah kesehatan kardiovaskular. “Aspartam meningkatkan kadar insulin, yang kemudian berkontribusi pada aterosklerosis—penumpukan plak lemak di arteri. Kondisi ini dapat memicu peradangan dan meningkatkan risiko serangan jantung serta stroke seiring waktu,” jelas para peneliti dalam rilisnya.

Salah satu temuan kunci dalam penelitian ini adalah peran sinyal imun bernama CX3CL1. Sinyal ini diaktifkan oleh insulin dan menjadi pemicu peradangan serta penumpukan plak. Menariknya, CX3CL1 memiliki sifat unik. Meski aliran darah di arteri sangat deras, zat ini tetap menempel pada dinding pembuluh darah dan bertindak seperti “umpan” yang menarik sel-sel imun. “Ini menjelaskan mengapa peradangan dan plak bisa terbentuk dengan mudah,” ujar Yihai Cao, penulis senior penelitian ini.

Cao juga menambahkan bahwa sinyal imun CX3CL1 bisa menjadi target pengobatan untuk kondisi kronis lain yang melibatkan peradangan pembuluh darah, seperti stroke, radang sendi, dan diabetes. “Jika kita bisa mengembangkan agen yang menghambat fungsi CX3CL1, ini bisa menjadi terobosan baru dalam mengobati dan mencegah penyakit-penyakit mematikan tersebut,” paparnya.

Temuan ini tentu mengundang pertanyaan besar: seberapa aman pemanis buatan yang selama ini dianggap sebagai alternatif sehat bagi gula? Cao menegaskan, “Pemanis buatan telah merambah hampir semua jenis makanan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan.”

Bagi masyarakat yang selama ini mengandalkan soda diet atau produk bebas gula sebagai bagian dari gaya hidup sehat, temuan ini mungkin menjadi pengingat untuk lebih bijak dalam memilih asupan. Penelitian ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan memberikan informasi yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menjaga kesehatan jangka panjang.

Jadi, apa langkah selanjutnya? Para peneliti berharap temuan ini dapat mendorong penelitian lebih lanjut tentang efek pemanis buatan, sekaligus membuka jalan bagi pengembangan terapi baru yang lebih aman dan efektif. Sementara itu, sebagai konsumen, tak ada salahnya untuk lebih cermat membaca label makanan dan mempertimbangkan kembali pilihan kita sehari-hari.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular