Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%-4,5% dalam upaya menstabilkan perekonomian di tengah kekhawatiran inflasi yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Keputusan ini diambil setelah tiga kali pemotongan suku bunga berturut-turut sepanjang tahun 2024, yang totalnya mencapai satu poin persentase penuh.
Kebijakan ini disepakati dalam Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Januari lalu, yang risalahnya baru dirilis pada Rabu (19/2). Dalam risalah tersebut, para pejabat The Fed menyoroti potensi dampak kebijakan perdagangan dan fiskal pemerintahan Trump terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Kekhawatiran atas Kebijakan Tarif Trump
Presiden Donald Trump, yang dikenal dengan pendekatan proteksionis dalam perdagangan, telah memberlakukan sejumlah tarif baru sejak menjabat. Belum lama ini, Trump bahkan mengancam akan memperluas kebijakan tarifnya dengan mengenakan bea masuk sebesar 25% pada sektor otomotif, farmasi, dan semikonduktor. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan tekanan inflasi, meskipun saat ini tingkat inflasi AS telah mereda dan berada di atas target The Fed sebesar 2%.
Dalam sambutannya kepada wartawan pada Selasa (18/2), Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif ini akan dipercepat sepanjang tahun. Meski tidak merinci rencana tersebut, ancaman ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat The Fed. Mereka menilai, kebijakan tarif yang lebih agresif dapat memicu kenaikan harga barang impor, yang pada akhirnya akan berdampak pada inflasi domestik.
Evaluasi Kebijakan Moneter
Para anggota FOMC sepakat bahwa kebijakan moneter saat ini masih bersifat akomodatif dan memberikan ruang untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi lebih lanjut. Mereka mencatat bahwa kondisi ekonomi AS saat ini relatif stabil, dengan tingkat pengangguran yang mendekati level terendah dalam beberapa dekade. Namun, inflasi yang masih di atas target menjadi perhatian utama.
“Kebijakan saat ini memberikan waktu untuk menilai perkembangan prospek ekonomi, pasar tenaga kerja, dan inflasi. Kami ingin melihat kemajuan lebih lanjut dalam mengendalikan inflasi sebelum mempertimbangkan penyesuaian suku bunga,” bunyi risalah rapat FOMC.
Dampak Kebijakan Trump pada Ekonomi
Selain kebijakan tarif, rencana Trump untuk melonggarkan regulasi dan mengubah kebijakan pajak juga menjadi faktor yang memengaruhi pertimbangan The Fed. Beberapa pejabat bank sentral menyatakan kekhawatiran bahwa kebijakan fiskal yang ekspansif dapat memicu overheating ekonomi, yang pada gilirannya akan menambah tekanan inflasi.
Namun, di sisi lain, ada juga optimisme di kalangan pejabat The Fed mengenai prospek ekonomi AS. Mereka menilai, pelonggaran regulasi dan perubahan kebijakan pajak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi. Namun, dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih perlu dipantau lebih lanjut.
Respons Ketua The Fed Jerome Powell
Ketua The Fed, Jerome Powell, secara umum menghindari spekulasi mengenai dampak langsung kebijakan tarif Trump terhadap inflasi dan suku bunga. Namun, ia menegaskan bahwa The Fed akan terus memantau perkembangan ekonomi dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.
Pejabat The Fed lainnya, seperti Wakil Ketua Richard Clarida, telah menyatakan kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump dapat memengaruhi keputusan moneter. Mereka menilai, kebijakan tarif yang lebih ketat dapat menunda pemotongan suku bunga lebih lanjut, meskipun pasar saat ini mengantisipasi penurunan suku bunga pada Juli atau September mendatang.
Prospek Ekonomi AS ke Depan
Meskipun ada kekhawatiran tentang inflasi dan kebijakan tarif, prospek ekonomi AS secara umum masih optimis. Pertumbuhan ekonomi yang kuat, pasar tenaga kerja yang solid, dan konsumsi rumah tangga yang tinggi menjadi faktor pendukung utama. Namun, The Fed tetap waspada terhadap risiko inflasi yang dapat muncul dari kebijakan perdagangan dan fiskal yang lebih agresif.
“Kami akan terus memantau perkembangan ekonomi dan siap mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Powell dalam pernyataannya.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga mencerminkan sikap hati-hati di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan dan fiskal pemerintahan Trump. Meskipun ada optimisme tentang prospek ekonomi AS, ancaman inflasi dan kebijakan tarif yang lebih ketat tetap menjadi tantangan besar.
Bagi para pelaku pasar dan investor, keputusan The Fed ini menjadi sinyal bahwa bank sentral AS akan tetap fokus pada stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan demikian, semua pihak diharapkan dapat mempersiapkan diri menghadapi dinamika ekonomi yang mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan.