Dalam sebuah pernyataan kontroversial yang diunggah di platform media sosial Truth Social, Presiden AS Donald Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai “seorang diktator tanpa pemilu”. Trump menegaskan bahwa Zelenskiy harus segera mengambil langkah untuk mengamankan perdamaian, atau ia akan kehilangan negaranya. Pernyataan ini muncul hanya beberapa jam setelah Zelenskiy membantah klaim Trump bahwa Ukraina bertanggung jawab atas invasi skala penuh Rusia pada 2022. Zelenskiy menyebut Trump terjebak dalam “gelembung disinformasi Rusia”.
“Seorang Diktator tanpa Pemilu, Zelenskiy sebaiknya bergerak cepat atau ia tidak akan memiliki Negara yang tersisa,” tulis Trump. Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menegaskan bahwa tidak ada yang bisa memaksa Ukraina untuk menyerah. “Kami akan mempertahankan hak kami untuk hidup,” kata Sybiha melalui platform X.
Pemilu yang Tertunda dan Darurat Militer
Zelenskiy, yang seharusnya mengakhiri masa jabatan lima tahunnya pada 2024, tidak dapat mengadakan pemilihan presiden atau parlemen karena darurat militer yang diberlakukan sejak Februari 2022, menyusul invasi Rusia. Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, dengan perlahan-lahan memperluas kendali di wilayah timur. Moskow menyebut aksinya sebagai “operasi militer khusus” yang ditujukan untuk menanggapi ancaman eksistensial dari upaya Ukraina bergabung dengan NATO. Sementara itu, Ukraina dan sekutu Barat menyebut invasi tersebut sebagai upaya perampasan tanah imperialis.
Trump dan Narasi Disinformasi
Zelenskiy, yang bertemu dengan utusan Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, di Kyiv pada hari yang sama, menyatakan bahwa ia ingin tim Trump memiliki “lebih banyak kebenaran” tentang situasi di Ukraina. Pernyataan ini muncul sehari setelah Trump menyatakan bahwa Ukraina “tidak seharusnya memulai” konflik dengan Rusia. Zelenskiy juga membantah klaim Trump bahwa tingkat persetujuannya hanya 4%, menyebutnya sebagai disinformasi Rusia. “Kami memiliki bukti bahwa angka-angka ini sedang dibahas antara Amerika dan Rusia. Artinya, Presiden Trump… sayangnya hidup dalam ruang disinformasi ini,” ujarnya dalam wawancara dengan TV Ukraina.
Menurut jajak pendapat terbaru dari Institut Sosiologi Internasional Kyiv pada awal Februari, 57% warga Ukraina masih mempercayai Zelenskiy. Angka ini menunjukkan bahwa dukungan domestik untuk presiden mereka tetap kuat, meskipun tekanan dari luar terus meningkat.
Dinamika Diplomasi AS-Rusia
Trump, yang kurang dari sebulan menjabat sebagai presiden, telah mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina dan Rusia. Ia mengakhiri upaya Washington untuk mengisolasi Rusia dengan melakukan panggilan telepon langsung ke Presiden Rusia Vladimir Putin dan membuka jalur komunikasi antara pejabat senior AS dan Rusia. Trump bahkan menyatakan kemungkinan bertemu dengan Putin dalam waktu dekat. Namun, Kremlin menyatakan bahwa pertemuan semacam itu membutuhkan persiapan yang matang.
Putin sendiri, dalam pernyataannya pada hari Rabu, menegaskan bahwa Ukraina tidak akan dikecualikan dari negosiasi perdamaian. Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan negosiasi bergantung pada peningkatan kepercayaan antara Moskow dan Washington. “Kita perlu memastikan bahwa tim kita menyiapkan isu-isu yang sangat penting bagi Amerika Serikat dan Rusia, termasuk—tetapi tidak hanya—di jalur Ukraina, untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak,” kata Putin.
Kekhawatiran Eropa dan Masa Depan Ukraina
Pembicaraan AS-Rusia yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, tanpa kehadiran perwakilan Ukraina atau Eropa, telah memicu kekhawatiran di kalangan sekutu Barat. Banyak yang khawatir bahwa AS dan Rusia mungkin akan membuat kesepakatan yang mengabaikan kepentingan keamanan Ukraina dan Eropa. Trump menyarankan bahwa Eropa harus mengambil peran lebih besar dalam menjamin gencatan senjata, sementara Zelenskiy mengusulkan agar perusahaan AS diberikan hak untuk mengekstraksi mineral berharga di Ukraina sebagai imbalan atas jaminan keamanan.
Namun, Zelenskiy menegaskan bahwa tuntutan AS untuk mendapatkan akses senilai 500miliaratasmineralUkraina”bukanpembicaraanserius”.IamenekankanbahwaUkrainatidakakanmenjualsumberdayaalamnyadenganhargamurah.”Kamitelahmenerima500miliaratasmineralUkraina“bukanpembicaraanserius“.IamenekankanbahwaUkrainatidakakanmenjualsumberdayaalamnyadenganhargamurah.”Kamitelahmenerima67 miliar dalam bentuk senjata dan $31,5 miliar dalam bentuk dukungan anggaran dari AS. Tapi kami tidak bisa menjual masa depan negara kami,” tegasnya.
Reaksi Internasional dan Dukungan untuk Ukraina
Sementara itu, Uni Eropa (UE) terus menunjukkan dukungannya kepada Ukraina. Pada hari Rabu, para utusan UE menyetujui paket sanksi ke-16 terhadap Rusia, termasuk pembatasan pada aluminium dan kapal yang diduga membawa minyak Rusia yang dikenai sanksi. Layanan diplomatik UE juga mengusulkan peningkatan bantuan militer untuk Ukraina, dengan tujuan memasok setidaknya 1,5 juta butir amunisi artileri, sistem pertahanan udara, rudal presisi, dan pesawat nirawak.
Namun, langkah-langkah pemerintahan Trump dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kecemasan di kalangan sekutu Eropa. Ketakutan utama mereka adalah bahwa AS mungkin tidak lagi memberikan perlindungan militer yang konsisten, dan Trump bisa saja membuat kesepakatan dengan Putin yang merugikan Ukraina dan keamanan Eropa secara keseluruhan.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menyerukan ketenangan dan kesabaran. “Meskipun tidak ada kesepakatan lengkap di UE tentang cara melanjutkan, kita perlu tetap tenang dan terus mendukung Ukraina,” ujarnya.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Ketegangan antara AS, Ukraina, dan Rusia terus memanas, dengan masing-masing pihak memegang narasi dan kepentingan yang berbeda. Sementara Trump mendorong perdamaian dengan cara yang kontroversial, Zelenskiy tetap bertekad mempertahankan kedaulatan negaranya. Di tengah semua ini, Eropa berusaha menjaga solidaritas dan mendukung Ukraina, meskipun ketidakpastian kebijakan AS menambah kompleksitas situasi.