Tuesday, April 1, 2025
HomeInternasionalAsia PasificPemimpin Oposisi Singapura Dinyatakan Bersalah, Berbohong Pada Parlemen

Pemimpin Oposisi Singapura Dinyatakan Bersalah, Berbohong Pada Parlemen

Views: 0

Singapura – Dalam perkembangan terbaru yang mengguncang peta politik Singapura, Pritam Singh, Sekretaris Jenderal Partai Pekerja (Workers’ Party), dinyatakan bersalah oleh pengadilan pada Senin (tanggal) atas dua tuduhan berbohong kepada komite parlemen. Kasus ini bermula dari penyelidikan terhadap keterlibatannya dalam upaya menutupi keterangan palsu yang diberikan oleh rekan separtainya, Raeesah Khan, pada 2021. Putusan ini berpotensi menghalangi Singh untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum mendatang, yang diperkirakan digelar dalam beberapa bulan ke depan.

Singh, yang juga merupakan anggota parlemen, dituduh memberikan keterangan yang tidak benar kepada komite parlemen yang menyelidiki kasus Raeesah Khan. Khan, mantan anggota parlemen dari Partai Pekerja, sebelumnya mengaku telah memalsukan cerita tentang seorang korban pemerkosaan yang ia dampingi untuk melaporkan kasusnya ke polisi. Dalam keterangannya di parlemen, Khan menyebut bahwa polisi menanggapi korban dengan “komentar tidak peka” terkait cara berpakaiannya. Namun, Menteri Dalam Negeri K. Shanmugam membantah klaim tersebut, menyatakan tidak ada catatan resmi yang mendukung cerita Khan. Akhirnya, Khan mengundurkan diri dari parlemen dan mengakui kebohongannya.

Menurut dokumen pengadilan, Singh diduga menyembunyikan fakta bahwa ia mengetahui kebohongan Khan sejak awal. Tindakan ini dianggap sebagai upaya untuk mengurangi tanggung jawabnya sebagai pemimpin partai. Singh, yang telah mengaku tidak bersalah, kini menghadapi hukuman maksimal tiga tahun penjara dan denda hingga S7.000untuksetiapdakwaan.Jaksapenuntuttelahmenyatakanakanmemintahukumandenda.Namun,jikahukumanyangdijatuhkanmelebihidendaS7.000untuksetiapdakwaan.Jaksapenuntuttelahmenyatakanakanmemintahukumandenda.Namun,jikahukumanyangdijatuhkanmelebihidendaS10.000 atau hukuman penjara satu tahun, Singh akan otomatis didiskualifikasi dari pencalonan dalam pemilu dan kehilangan kursi parlemen selama lima tahun.

Dampak pada Peta Politik Singapura

Kasus ini menjadi pukulan telak bagi Partai Pekerja, yang merupakan partai oposisi terbesar di Singapura. Partai ini telah berupaya menantang dominasi Partai Aksi Rakyat (PAP), yang telah memerintah negara-kota ini sejak 1959. Dalam pemilihan umum 2020, Partai Pekerja berhasil meraih 10 kursi parlemen, peningkatan signifikan dari sebelumnya hanya enam kursi. Kinerja ini dianggap sebagai yang terbaik sejak kemerdekaan Singapura pada 1965.

Namun, dengan kasus hukum yang menjerat Singh, masa depan partai ini dipertaruhkan. Pemilihan umum mendatang, yang dijadwalkan sebelum November 2024, akan menjadi ujian besar bagi Partai Pekerja dan juga bagi Perdana Menteri Lawrence Wong, yang baru saja memimpin pemerintahan. Wong, yang menggantikan Lee Hsien Loong, diharapkan dapat mempertahankan dominasi PAP, sementara Partai Pekerja berharap dapat memperluas pengaruhnya di parlemen.

Reaksi Publik dan Analisis Politik

Kasus ini telah memicu perdebatan sengit di kalangan publik dan politisi. Pendukung Partai Pekerja menyatakan bahwa kasus ini merupakan upaya untuk melemahkan oposisi, sementara pihak pemerintah menegaskan bahwa ini murni masalah hukum yang harus diselesaikan secara adil. Beberapa analis politik menyebut bahwa kasus ini dapat memengaruhi kepercayaan publik terhadap Partai Pekerja, terutama di tengah upaya mereka untuk membangun citra sebagai alternatif yang kredibel terhadap PAP.

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa kasus ini justru dapat memobilisasi basis pendukung Partai Pekerja, yang melihat Singh sebagai korban dari sistem politik yang didominasi oleh satu partai. Bagaimanapun, keputusan pengadilan dan hukuman yang akan dijatuhkan terhadap Singh akan menjadi penentu arah politik Singapura dalam beberapa tahun ke depan.

Apa Selanjutnya?

Hukuman untuk Pritam Singh akan dijatuhkan pada Senin mendatang. Jika hukuman yang diberikan berupa denda di bawah S$10.000, Singh masih dapat mencalonkan diri dalam pemilu. Namun, jika hukuman lebih berat, Partai Pekerja harus mencari pemimpin baru untuk memimpin mereka dalam pemilihan umum mendatang. Sementara itu, PAP terus mempersiapkan diri untuk mempertahankan dominasinya, dengan Lawrence Wong sebagai pemimpin baru yang diharapkan dapat membawa angin segar bagi partai yang telah berkuasa selama lebih dari enam dekade ini.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa di tengah dinamika politik yang semakin kompleks, transparansi dan akuntabilitas tetap menjadi kunci untuk mempertahankan kepercayaan publik. Pemilu mendatang tidak hanya akan menentukan masa depan Partai Pekerja dan PAP, tetapi juga arah demokrasi Singapura ke depannya.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular