Riyadh, Arab Saudi — Dalam upaya untuk meredakan ketegangan global, perwakilan tinggi Amerika Serikat (AS) dan Rusia menggelar pertemuan langsung di Riyadh, Arab Saudi, pada Selasa (18-02-2025). Pertemuan ini menjadi yang pertama sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina hampir tiga tahun lalu. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa negosiasi apa pun tanpa melibatkan Kyiv tidak akan diakui oleh negaranya.
Pertemuan ini melibatkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan penasihat urusan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov, yang berhadapan langsung dengan delegasi AS termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, penasihat keamanan nasional Mike Waltz, dan utusan khusus Steve Witkoff. Pertemuan ini digelar di tengah perubahan kebijakan luar negeri AS di bawah Presiden Donald Trump, yang baru-baru ini melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan menyepakati perlunya memulai negosiasi damai.
Zelenskyy Tegaskan: “Tidak Ada Kesepakatan Tanpa Kami”
Presiden Zelenskyy, dalam pernyataannya pada Senin (17-02-2025), menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mengakui kesepakatan damai apa pun yang dibuat tanpa melibatkan pemerintahannya. “Kami tidak dapat menerima kesepakatan apa pun tentang kami tanpa kami,” ujarnya. Zelenskyy juga mengaku tidak diberi tahu secara resmi tentang pembicaraan di Riyadh, meskipun Kremlin menyatakan bahwa pertemuan ini bertujuan mempersiapkan negosiasi damai dan kemungkinan pertemuan antara Putin dan Zelenskyy.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa pertemuan ini fokus pada “persiapan negosiasi penyelesaian konflik Ukraina.” Namun, Lavrov menegaskan bahwa Eropa tidak memiliki tempat di meja perundingan, menandakan bahwa pembicaraan ini sepenuhnya didominasi oleh AS dan Rusia.
Isu Teritorial Jadi Titik Krusial
Salah satu isu yang diperkirakan menjadi titik kritis dalam pembicaraan ini adalah klaim teritorial. Kyiv bersikeras bahwa kesepakatan damai harus mencakup penarikan penuh pasukan Rusia dari wilayah yang diduduki, termasuk Krimea yang dianeksasi pada 2014, serta wilayah Donetsk dan Luhansk. Namun, Lavrov menegaskan bahwa Moskow tidak berniat membuat konsesi teritorial kepada Ukraina.
Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia yang kemungkinan hadir dalam pertemuan ini, menyatakan bahwa hubungan baik AS-Rusia sangat penting bagi stabilitas global. “Hanya dengan kerja sama, Rusia dan AS dapat menyelesaikan konflik global dan menawarkan solusi,” ujarnya.
Eropa Dikesampingkan, Macron Gelar Pertemuan Darurat
Sementara AS dan Rusia melanjutkan pembicaraan, negara-negara Eropa tampak dikesampingkan. Menanggapi hal ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar pertemuan darurat di Paris pada Senin (tanggal) bersama para pemimpin Eropa lainnya. Meskipun mereka berjanji untuk terus mendukung Ukraina, tidak ada jaminan keamanan konkret yang diberikan, termasuk rencana mengirim pasukan penjaga perdamaian ke wilayah Ukraina.
Zelenskyy Kunjungi Arab Saudi, Utusan AS ke Kyiv
Di tengah dinamika ini, Zelenskyy mengumumkan rencana kunjungannya ke Arab Saudi. Meskipun ia menegaskan bahwa kunjungan ini tidak terkait dengan pembicaraan damai AS-Rusia, langkah ini dianggap sebagai upaya Kyiv untuk tetap terlibat dalam proses perdamaian. Sementara itu, Keith Kellogg, utusan khusus Trump untuk Ukraina, dijadwalkan mengunjungi Zelenskyy di Kyiv pada Kamis (tanggal).
Apa yang Diharapkan dari Pembicaraan Ini?
Pertemuan Riyadh ini menjadi sorotan dunia, terutama bagi negara-negara yang terdampak konflik Ukraina. Meskipun ada harapan bahwa pembicaraan ini dapat membuka jalan bagi perdamaian, ketegangan antara kepentingan AS, Rusia, dan Ukraina tetap tinggi. Tanpa partisipasi penuh Kyiv dan dukungan konkret dari Eropa, upaya perdamaian ini mungkin hanya akan menjadi babak baru dalam konflik yang berkepanjangan.