Tuesday, April 8, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaIsrael Paksa Tahanan Palestina Kenakan Kaos Berlogo Bintang Daud

Israel Paksa Tahanan Palestina Kenakan Kaos Berlogo Bintang Daud

Views: 0

Dalam gelombang keenam pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, sebanyak 369 tahanan keamanan Palestina dibebaskan dari penjara Israel pada Sabtu (15/02/2025). Pembebasan ini dilakukan sebagai imbalan atas kembalinya tiga sandera Israel, yaitu Sagui Dekel Chen, Alexander “Sasha” Troufanov, dan Iair Horn. Kesepakatan ini merupakan bagian dari fase pertama gencatan senjata yang telah berlangsung sejak pertengahan Januari.


Kontroversi atas Pembebasan Tahanan

Pembebasan tahanan Palestina ini tidak lepas dari kontroversi. Menurut laporan radio militer Israel, di antara 369 tahanan yang dibebaskan, terdapat 36 orang yang sebelumnya dijatuhi hukuman seumur hidup karena terlibat dalam serangan-serangan yang menewaskan warga Israel. Sebelum dibebaskan, para tahanan dipaksa mengenakan kaus bertuliskan pesan dalam bahasa Arab, “Kami tidak akan melupakan atau memaafkan,” disertai simbol Bintang Daud.

Keputusan ini menuai kritik dari berbagai pihak. Seorang sumber yang terlibat dalam proses pembebasan menyatakan bahwa eselon politik tidak diberitahu tentang penggunaan kaus tersebut. “Mendandani narapidana dengan pesan seperti itu bermasalah, karena terkesan Israel mencoba mengeksploitasi cara Hamas menangani pembebasan sandera,” ujar sumber tersebut.

Hamas pun merespons dengan keras, menyebut pesan pada kaus tersebut sebagai “slogan rasis” dan menuduh Israel melakukan pelanggaran terhadap hukum dan norma kemanusiaan. “Ini adalah bukti kekejaman dan kekerasan Israel terhadap tahanan Palestina,” tegas pernyataan resmi Hamas.


Profil Tahanan yang Dibebaskan

Di antara tahanan yang dibebaskan, terdapat beberapa nama terkenal yang dianggap sebagai tokoh pejuang Palestina. Salah satunya adalah Ahmed Barghouti, sepupu dan ajudan dekat Marwan Barghouti, tokoh politik dan militan Palestina yang ikonik. Ahmed dijatuhi 13 hukuman seumur hidup karena terlibat langsung dalam serangkaian serangan yang menewaskan 12 warga Israel.

Selain itu, Fatah Mazen al-Qadi juga termasuk dalam daftar pembebasan. Ia dihukum karena perannya dalam serangan teror di restoran pasar makanan laut Tel Aviv pada 2002 yang menewaskan tiga warga Israel. Al-Qadi menjalani tiga hukuman seumur hidup plus 20 tahun penjara.

Pejuang lain yang dibebaskan adalah Mantzur Sharim, yang bertanggung jawab atas serangkaian serangan selama Intifada Kedua, termasuk penembakan massal di gedung perjamuan Hadera yang menewaskan enam warga Israel dan melukai 26 orang. Sharim dijatuhi 14 hukuman seumur hidup dan tambahan 50 tahun penjara.

Tidak hanya anggota Fatah, pejuang Hamas juga termasuk dalam daftar pembebasan. Nael Obeid, misalnya, terlibat dalam pengeboman Cafe Hillel di Yerusalem pada 2003 yang menewaskan tujuh warga Israel. Sementara Muhammad Mezlah diketahui terlibat dalam hukuman gantung massal di Ramallah tahun 2000 yang menewaskan dua tentara cadangan IDF.


Reaksi dan Implikasi ke Depan

Pembebasan tahanan ini menandai babak baru dalam dinamika konflik Israel-Palestina. Meskipun kesepakatan gencatan senjata berhasil dipertahankan, ketegangan antara kedua pihak tetap tinggi. Hamas menuduh Israel melakukan pelanggaran kemanusiaan, sementara Israel menegaskan bahwa pembebasan tahanan tidak berarti mengabaikan kejahatan yang pernah mereka lakukan.

Di sisi lain, langkah ini juga memicu perdebatan internal di Israel. Beberapa pihak mengkritik pemerintah karena dianggap terlalu lunak dalam menangani tahanan yang terlibat dalam serangan mematikan. Namun, bagi warga Palestina, pembebasan ini dianggap sebagai kemenangan simbolis dalam perjuangan mereka melawan pendudukan Israel.


Masa Depan Kesepakatan Gencatan Senjata

Hingga saat ini, kedua pihak telah melakukan enam kali pertukaran tahanan sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari 2023. Sebanyak 24 sandera Israel dan lebih dari 1.000 tahanan Palestina telah dibebaskan. Namun, masih ada sekitar 73 sandera Israel yang tersisa, dan nasib mereka menjadi pertanyaan besar dalam fase berikutnya.

Kesepakatan ini juga mengisyaratkan perlunya langkah-langkah diplomatik yang lebih komprehensif untuk mencapai perdamaian jangka panjang. Tanpa kesepakatan yang solid, konflik ini berpotensi kembali memanas, mengancam stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Ad

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

Comments are closed.

Ad

- Advertisment -

Most Popular