Monday, April 7, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaNetanyahu "Bercanda" Soal Pendirian Negara Palestina di Arab Saudi

Netanyahu “Bercanda” Soal Pendirian Negara Palestina di Arab Saudi

Views: 0

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuai kontroversi setelah mengeluarkan pernyataan yang dianggap tidak sensitif mengenai kemungkinan pembentukan negara Palestina di Arab Saudi. Komentarnya, yang diklaim sebagai candaan, langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk negara-negara Arab dan komunitas internasional.

Pernyataan tersebut muncul dalam wawancara dengan jurnalis Israel, Yaakov Bardugo, yang secara tidak sengaja salah ucap ketika membahas kemungkinan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. Netanyahu dengan cepat menanggapi dengan mengatakan, “Kecuali kalau Anda ingin negara Palestina didirikan di Arab Saudi. Mereka punya banyak lahan,” ujarnya sambil tertawa, seperti dikutip oleh kantor berita AFP.

Beberapa media Israel melaporkan bahwa komentar tersebut hanyalah sebuah lelucon. Namun, reaksi keras segera bermunculan, terutama dari dunia Arab. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menilai pernyataan Netanyahu sebagai upaya mengalihkan perhatian dari pendudukan Israel di Gaza. “Mentalitas pendudukan ekstremis ini tidak memahami arti tanah Palestina,” demikian pernyataan resmi Riyadh.

Reaksi serupa juga datang dari berbagai negara Arab lainnya. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyebut pernyataan Netanyahu sebagai “fantasi yang tidak dapat diterima.” Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Yordania menegaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan bentuk hasutan yang bertentangan dengan hukum internasional. “Rakyat Palestina berhak mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat,” tegasnya.

Kecaman juga datang dari Uni Emirat Arab (UEA) yang menyebut komentar Netanyahu sebagai tindakan provokatif. Kementerian Luar Negeri Palestina bahkan mengecamnya sebagai pernyataan rasialis. Bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memaksa mereka keluar dari Gaza dianggap sebagai pengulangan “Nakba” atau “bencana”, yang merujuk pada pemindahan massal rakyat Palestina pada 1948 saat Israel didirikan.

Di tengah kecaman yang terus bergulir, Netanyahu berusaha mengalihkan fokus pembicaraan dengan menyebutkan pentingnya Perjanjian Abraham, yang telah memungkinkan normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab. “Kita harus membiarkan proses ini berjalan sebagaimana mestinya,” ujarnya.

Namun, dengan meningkatnya ketegangan dan ketidakpuasan di dunia Arab, pernyataan Netanyahu tampaknya hanya memperburuk situasi. Banyak pihak menilai bahwa tindakan dan retorika semacam ini hanya akan semakin memperkeruh konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di kawasan tersebut.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular