Monday, April 7, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaHamas: IDF Halangi Alat Berat masuki Gaza, Hambat Evakuasi Jenazah Sandera

Hamas: IDF Halangi Alat Berat masuki Gaza, Hambat Evakuasi Jenazah Sandera

Views: 0

Gaza, Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, menuduh Israel menghambat masuknya alat berat ke Jalur Gaza, yang berdampak pada upaya ekstraksi jenazah para sandera Israel yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan akibat serangan militer. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Hamas, Salama Marouf, dalam konferensi pers yang dikutip oleh Agence France-Presse (AFP).

Menurut Marouf, sebanyak 55 juta ton puing masih menghalangi proses pencarian korban. “Mencegah masuknya peralatan berat dan mesin yang dibutuhkan tidak diragukan lagi akan memengaruhi kemampuan kami untuk mengeluarkan jenazah para sandera yang tewas dari bawah reruntuhan,” ujarnya.

Krisis Kemanusiaan dan Pelanggaran Gencatan Senjata

Selain keterlambatan alat berat, Hamas juga menuduh Israel menunda masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanoua, menyatakan bahwa militer Israel menghalangi masuknya ratusan truk yang membawa makanan, tenda, dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendukung upaya pemulihan di Gaza. “Kami mendesak para mediator untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel agar mereka mematuhi protokol kemanusiaan,” kata al-Qanoua.

Sementara itu, Hamas tetap berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata demi kepentingan rakyat Palestina. Namun, organisasi tersebut menyatakan kekhawatirannya terhadap meningkatnya pelanggaran yang dilakukan Israel, yang dapat mengancam stabilitas kesepakatan.

Pertukaran Sandera dan Tantangan Diplomatik

Pada Sabtu (8/2/2025), Hamas dijadwalkan merilis daftar nama sandera Israel yang akan dibebaskan dalam putaran pertukaran tahanan berikutnya. Namun, tuduhan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel telah membuat proses ini semakin rapuh. Kesepakatan ini melibatkan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, dengan harapan dapat meredakan ketegangan di kawasan.

Situasi semakin rumit setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan pernyataan kontroversial mengenai rencana relokasi penduduk Gaza ke negara ketiga seperti Mesir atau Yordania. Pernyataan ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional, yang menilai langkah tersebut sebagai upaya untuk mengubah demografi wilayah yang telah lama berkonflik.

Negosiasi Lanjutan dan Penilaian Militer

Hingga saat ini, 13 dari 33 sandera Israel yang dijadwalkan dibebaskan dalam tahap pertama perjanjian selama 42 hari telah kembali ke rumah mereka. Sebagai bagian dari kesepakatan, ratusan tahanan Palestina juga telah dibebaskan. Lima sandera Thailand turut dipulangkan dalam proses ini.

Negosiasi tahap kedua kini mulai dibahas, dengan tujuan membebaskan sekitar 60 sandera pria serta menarik pasukan Israel dari Gaza. Media Israel melaporkan bahwa tim negosiasi negara itu dijadwalkan terbang ke Doha pada Sabtu untuk membahas langkah selanjutnya.

Namun, ketidakpercayaan antara kedua belah pihak tetap tinggi setelah lebih dari 15 bulan konflik yang terus menelan korban. Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka tengah melakukan penilaian strategis terhadap perkembangan situasi di Gaza guna menentukan langkah berikutnya dalam perjanjian ini.

“Pasukan IDF telah ditempatkan di berbagai titik sekitar Jalur Gaza untuk melakukan penilaian situasi menjelang fase berikutnya dari kesepakatan yang sedang berlangsung,” kata pernyataan resmi militer Israel.

Ketegangan yang meningkat dan berbagai tuduhan pelanggaran gencatan senjata ini menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan yang ada. Dunia internasional kini menantikan bagaimana perundingan antara Hamas dan Israel akan berkembang dalam beberapa hari mendatang.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular