Harga Bitcoin mengalami penurunan tajam sebesar 4 persen ke level terendah dalam tiga minggu, yakni sekitar USD 96.606 atau setara Rp 1,5 miliar (asumsi kurs Rp 16.393 per dolar AS) pada perdagangan Senin (3/2) pagi. Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif tinggi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kebijakan tarif baru yang diterapkan AS membuat investor menghindari aset berisiko, termasuk mata uang kripto. Tidak hanya Bitcoin, Ethereum (ETH) juga mengalami penurunan lebih tajam, merosot hingga 12 persen dan kembali ke level yang terakhir terlihat pada awal November 2024.
Perang Dagang AS dan Dampaknya pada Pasar Kripto
Penurunan harga kripto terjadi setelah Donald Trump mengumumkan tarif impor baru sebesar 25 persen untuk barang dari Meksiko dan sebagian besar Kanada, serta tarif 10 persen untuk produk dari China. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku pada Selasa (4/2), menimbulkan kekhawatiran bahwa langkah tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan pendapatan perusahaan.
Pasar kripto, yang beroperasi 24 jam tanpa libur, menjadi salah satu sektor yang paling sensitif terhadap perubahan sentimen global. Investor melihat kebijakan perdagangan AS sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi, yang mendorong aksi jual di pasar aset digital.
Reaksi Pasar dan Ekspektasi Investor
Menurut Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone, kripto sering digunakan sebagai indikator risiko selama akhir pekan, ketika pasar tradisional tutup. “Saat ada berita besar seperti ini, kripto cenderung bereaksi lebih cepat dibandingkan aset lainnya,” ujarnya dalam laporan yang dikutip Reuters pada Senin (3/2).
Selain itu, tekanan jual juga diperparah oleh kekecewaan investor terhadap kurangnya kebijakan pro-kripto sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden. Sebelumnya, pasar kripto sempat mengalami reli setelah kepastian kemenangan Trump, dengan harapan adanya regulasi yang lebih ramah terhadap industri ini.
Dengan situasi ekonomi global yang semakin tidak menentu, investor kini tengah mencermati bagaimana dampak jangka panjang dari kebijakan tarif AS terhadap pasar keuangan dan sektor aset digital.
