Monday, April 7, 2025
HomeInternasionalTimur Tengah & AfrikaTangis Prajurit IDF Iringi Penarikan dari Netzarim, Momen Penuh Emosional

Tangis Prajurit IDF Iringi Penarikan dari Netzarim, Momen Penuh Emosional

Views: 0

Gaza, Penarikan pasukan Israel Defense Forces (IDF) dari Poros Netzarim menjadi momen yang penuh emosi dan kontroversi. Channel 14 Israel melaporkan, para prajurit meninggalkan barikade militer itu dengan perasaan hampa, seolah-olah usaha mereka selama lebih dari setahun di Jalur Gaza tidak membuahkan hasil.

Poros Netzarim, yang didirikan sejak dimulainya operasi darat IDF pada Oktober 2023, merupakan jalur strategis untuk memisahkan Gaza Utara dari wilayah tengah dan selatan. Namun, keberadaannya berakhir pada Senin (27/1/2025) setelah kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel tercapai.

Kembalinya Warga Palestina ke Gaza Utara
Kesepakatan ini menjadi angin segar bagi ribuan pengungsi Palestina. Mulai Senin, warga yang terlantar akibat konflik kini dapat kembali ke rumah mereka di Gaza Utara. Pemandangan sepanjang Jalan Al-Rashid menjadi saksi perjalanan panjang para warga yang berjalan kaki dengan harapan baru. Sementara itu, ribuan lainnya melintasi Poros Netzarim menggunakan kendaraan, membawa barang-barang seadanya.

Namun, di sisi lain, keputusan ini memicu polemik di kalangan masyarakat Israel. Koresponden militer Channel 14, Halel Rosen, menyebutkan bahwa para prajurit yang meninggalkan Netzarim merasa kecewa.

“Saya berbicara dengan tentara IDF yang menangis saat meninggalkan pos ini. Mereka merasa semua pengorbanan selama lebih dari setahun sia-sia,” ujarnya.

Kerugian Strategis Israel
Penarikan ini dinilai sebagai kerugian besar bagi Israel, baik secara strategis maupun operasional. Selain membebaskan ratusan tahanan Palestina, kesepakatan tersebut membuka akses kembali ke Gaza Utara, yang kini kembali dalam kendali Hamas.

“Gaza Utara sekarang terekspos. Ini seperti menyiapkan jebakan bagi IDF di masa depan, dengan potensi ranjau dan alat peledak yang dipasang di bawah tanah,” jelas Rosen.

Dia juga memperkirakan bahwa jumlah militan di wilayah Beit Hanoun dan Jabalia akan meningkat drastis, sehingga operasi militer di masa depan akan jauh lebih kompleks dan berbahaya.

Harapan dan Kesulitan bagi Warga Gaza
Kembalinya warga Palestina ke Gaza Utara membawa perasaan campur aduk. Meski menjadi momen penuh harapan, kondisi kehidupan di wilayah tersebut masih jauh dari kata layak. Selama berbulan-bulan pengepungan dan pengeboman, ratusan ribu warga mengalami kelaparan dan keterbatasan akses bantuan kemanusiaan.

“Ini adalah perjalanan pulang yang penuh rasa sakit, tetapi juga membawa secercah harapan untuk memulai kembali,” tulis laporan dari media Khaberni.

Gencatan Senjata sebagai Awal Baru
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dimulai pada 19 Januari menjadi pijakan awal untuk pembicaraan lebih lanjut. Tahap pertama kesepakatan akan berlangsung selama 42 hari, di mana negosiasi untuk tahap kedua dan ketiga akan dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular