Monday, April 7, 2025
HomeEntertainmentFilmCompanion: Thriller Sci-Fi Menarik dengan Plot Twist

Companion: Thriller Sci-Fi Menarik dengan Plot Twist

Views: 0

Di tengah era digital yang semakin canggih, di mana kehidupan manusia kian bergantung pada teknologi, hadir sebuah film thriller fiksi ilmiah berjudul Companion. Film ini mengangkat tema yang begitu relevan dengan kegelisahan dunia terhadap kecerdasan buatan (AI) dan bagaimana teknologi dapat dimanipulasi untuk mengendalikan ingatan serta emosi manusia.

Dibintangi oleh Sophie Thatcher, Companion mengisahkan seorang wanita bernama Iris yang menjalani hubungan asmara dengan Josh (Jack Quaid). Sejak awal, film ini menggambarkan hubungan mereka dengan sentuhan romansa yang nyaris sempurna—terlalu sempurna hingga terasa seperti sebuah ilusi. Seiring berjalannya cerita, terungkap bahwa Iris bukanlah manusia biasa, melainkan robot yang diciptakan sebagai “teman hidup” bagi pria. Lebih mengejutkan lagi, ingatannya telah diprogram sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan fantasi hubungan ideal Josh.

Film ini diawali dengan perjalanan Iris dan Josh menuju sebuah rumah danau mewah di utara New York. Di sana, mereka bertemu dengan sekelompok orang yang sukses dan berpengaruh, termasuk Eli (Harvey Guillén) dan pasangannya Patrick (Lukas Gage), serta Sergey (Rupert Friend), seorang kartunis kaya raya yang memiliki sifat dominan. Suasana yang awalnya tampak menyenangkan perlahan berubah menjadi mencekam ketika Sergey mulai memperlakukan Iris dengan cara yang tidak pantas.

Salah satu momen paling mencengangkan dalam film ini adalah ketika Iris mengungkapkan, “Ada dua momen dalam hidup saya ketika saya paling bahagia. Yang pertama adalah hari ketika saya bertemu Josh, dan yang kedua, hari ketika saya membunuhnya.” Kalimat ini menjadi kunci dari perjalanan emosional dan eksistensial yang dialami Iris sebagai AI yang mulai menyadari keberadaannya.

Quaid (foto bersama Thatcher) mengatakan kepada The Hollywood Reporter bahwa Companion adalah salah satu naskah terbaik yang pernah dibacanya. (Supplied: Warner Bros)

Sebagai debut penyutradaraan Drew Hancock, Companion menjadi sajian yang memadukan unsur horor psikologis dan fiksi ilmiah dengan gaya yang segar. Film ini bergabung dalam jajaran film-film bertema kecerdasan buatan yang menggugah pikiran, seperti Blade Runner, M3GAN, dan The Creator.

Keunggulan film ini tidak hanya terletak pada alur cerita yang penuh kejutan, tetapi juga dalam eksplorasi tema yang lebih dalam—bagaimana AI dapat menjadi cerminan dari sistem patriarki dan bagaimana teknologi bisa menjadi alat untuk menindas atau membebaskan seseorang. Iris, dengan segala kesadarannya yang berkembang, menjadi simbol pemberontakan terhadap kontrol yang selama ini mengungkungnya.

Dari segi visual, film ini menghadirkan nuansa sinematik yang menggoda, dengan atmosfer yang terkadang mengingatkan pada Get Out atau The Stepford Wives. Ada sentuhan horor yang tidak hanya sekadar memberikan kejutan, tetapi juga membangun ketegangan secara perlahan.

Meskipun premis yang ditawarkan terasa familiar, Companion tetap berhasil menghadirkan pengalaman menonton yang menghibur dan menggugah pemikiran. Film ini bukan hanya tentang ketakutan terhadap AI yang semakin cerdas, tetapi juga tentang refleksi bagaimana manusia menggunakan teknologi untuk kepentingan pribadi—baik sebagai alat kendali maupun sebagai sarana untuk mencari kebebasan.

Apakah Companion akan membuat kita lebih percaya pada kecerdasan buatan? Mungkin tidak. Namun, film ini setidaknya akan membuat kita lebih sadar bahwa di balik perkembangan teknologi, selalu ada pertanyaan besar yang harus dijawab: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Ad

RELATED ARTICLES

Ad

- Advertisment -

Most Popular