Faktor Penyebab Keruntuhan Bukalapak
Menurut Ronny Sasmita, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic, akar masalah Bukalapak terletak pada ketidakmampuan mereka menemukan model bisnis yang menghasilkan pendapatan signifikan. Sebagai platform yang hanya menghubungkan penjual dan pembeli tanpa kepemilikan barang sendiri, Bukalapak kesulitan menciptakan aliran pendapatan yang stabil.
“Beda dengan Lazada, yang memiliki barang sendiri dan gudang sendiri, Bukalapak hanya bertindak sebagai perantara. Model ini sulit bersaing di pasar yang sangat kompetitif,” jelas Ronny.
Bukalapak bukan satu-satunya e-commerce yang tumbang. Sejak tahun 2000-an, sudah ada 16 perusahaan e-commerce yang tutup di Indonesia, termasuk Blanja.com pada 2020 dan JD.ID pada 2023.
Persaingan Ketat di Pasar E-Commerce
Budi Primawan, Wakil Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), menilai persaingan ketat adalah salah satu alasan utama banyaknya e-commerce yang gulung tikar. Pemain besar seperti Shopee dan Tokopedia memiliki modal besar untuk memberikan subsidi harga, diskon besar-besaran, dan promosi yang sulit ditandingi oleh platform lain.
“Operasi marketplace membutuhkan investasi besar, mulai dari teknologi hingga logistik. Bukalapak kesulitan mempertahankan model bisnisnya tanpa suntikan modal besar,” ungkap Budi.